Hari ini saya bersama teman-teman sedang berada di PP. Syekh Nawawi Tanara Serang Banten. Banyak hal yang dapat kita pelajari atas lahirnya seorang Ulama besar di Indonesia, khususnya di tatar Sunda yang dulu diberi nama Wahanten Girang (sekarang Banten).
Syekh Nawawi dikenal dengan julukan Second Nawawi atau Nawawi Jilid II, setelah Imam Nawawi ahli hadits yang mempunyai nama lengkap Abu Zakariyya Muhyiddin al-Nawawi salah satu ulama yang banyak menulis tentang Hadits dan ajaran Madzhab Imam Syafi'i, Nawawi pertama ini patut dijuluki sebagai Neo Syafi'i. Kalau kalian ingin tau karyanya coba anda jumpai pondok pesantren, di sana ada kitab Syarh Fathul Baari, Hadits al-Arba'in, Adzkar an-Nawawi, Riyadlus Shaalihin dll. Kitab-kitab ini familiar di kelas Mutawassit sampai Ulya.
Adapun Imam Nawawi al-Bantani juga tak kalah hebat diseantero ulama generasi Syafi'iyah yang produktif menulis kitab kuning, sangat agung dan pantas kita daulat sebagai Bapak Kitab Kuning Indonesia. Di Mekah Syekh Nawawi Banten dijuluki sebagai Sayyid 'Ulama al-Hijaz (Pemimpin Ulama se-Hijaz), Hijaz itu dahulu kita kenal juga dengan Jazirah Arab. Coba anda bayangkan ada loh orang Indonesia pada abad itu digelari Sayyid 'Ulama Hijaz ini setara tingkat Internasional loh.
Syekh Nawawi banyak mempunyai karya, diantara yang kita kenal Safinah al-Najah, Tafsir Munir, Qami' al-Thugyaan dan banyak lagi yang lainnya. Imam Nawawi di Mekah bukan hanya safari jalan-jalan dan kabur dari penjajahan Belanda, Imam Nawawi di Mekah mengkader ulama-ulama Nusantara untuk melawan penjajahan Belanda pada masa itu, salah satu konseptor dan tokoh penggerak Perlawanan Petani Banten terhadap penjajah pada masa itu, ya Syaikh Nawawi.
Jadi ide gagasan Hubbul Wathan minal Iman yang difatwakan oleh KH. Hasyim Asy'ari sudah ada bentuk fakta dan kejadiannya yang sudah dialami oleh gurunya yaitu Syekh Nawawi al-Bantani.
Yang jadi ibrah pembelajaran bagi kita yaitu, bagaimana kita menghargai jasa para ulama dan pahlawan kita dahulu, jangan seenaknya bikin Negara Islam tanpa mementingkan persatuan, dan yang paling penting jadi ulama itu mengkader untuk membela negara dan bangsa bukan kabur dan bikin rusuh dan resah.
0 komentar: