Terbentang jauh antara Syekh Nawawi al-Bantani dengan KH. Saepudin Zuhri, namun ilmu dari Maha Guru Kitab Kuning ini, sampai kepada Mama Haurkuning. (Mama; Bahasa Sunda artinya Ulama Besar, Mama Haurkuning adalah KH. Saepuddin Zuhri).
Ciri khas Pondok Pesantren NU itu mempunyai sanad keilmuan yang jelas sampai kepada Rasulullah. KH. Saepuddin Zuhri berguru kepada KH. Zainal Muttaqin Cibeuti, KH. Zainal Muttaqin berguru pada KH. Tubagus Ahmad Bakri kita kenal dengan sebutan Mama Sempur, Mama Sempur adalah murid dari Syaikh Nawawi al-Bantani dan terus menyambung sampai Rasulullah.
Tanah kelahiran menjadi instrumen penting dalam pembentukan Pondok Pesantren. Hampir rata ulama-ulama kita terdahulu memberikan nama pesantrennya dengan nama daerahnya, misalnya Lirboyo, Tebu Ireng, Kempek, Gedongan, Buntet, Cipasung, Manonjaya dll. Ini lah landasan Hubbul Wathan Minal Iman.
Haurkuning dengan kekhasannya menggeluti bidang Nahwu Sharaf (Ilmu Alat). Menjulang namanya di seantero jagat Indonesia. Banyak prestasi yang diraih, pesantren ini, seringkali meraih juara Musabaqoh Qiraatil Kutub (Lomba Membaca Kitab Kuning/Turats) di tingkat Nasional. Semua prestasi tersebut, adalah hasil dari jerih payah perjuangan KH. Saepuddin Zuhri yang telah mampu mencetak kader ulama yang memahami Islam dengan benar.
Pondok pesantren ini jarang disorot oleh media, sehingga sosialisasinya terbatas, beda dengan pesantren al-Tsaqafah, Daar al-Rahman, al-Hikam dll. Namun saya sangat salut, pondok pesantren di pelosok Tasikmalaya ini dengan keterbatasannya mampu mengenalkan kekhasannya di tingkat Nasional. Hari ini Haurkuning dihujani santri dari berbagai pelosok daerah, dengan jumlah keseluruhannya mencapai 2500 santri mungkin lebih.
Di Pesantren inilah saya mengenal dasar agama, di sini juga saya mengenal gramatikal bahasa Arab dari mulai ilmu Nahwu hingga Manthiq (Logika Berpikir).
KH. Saepuddin Zuhri meninggal pada Agustus 2013, saat ini pesantren Haurkuning dipimpin oleh putera sulungnya yaitu KH. Busyrol Kariem Zuhri. KH. Busyrol Kariem Zuhri mewarisi keilmuan dan keluhuran akhlak Ayahandanya.
Pada Jumat 21 Juli 2017 kemarin, KH. Busyrol Kariem dipercaya sebagai Dewan Juri MQK bidang Nahwu yaitu kitab Imrithi yang diselenggarakan oleh Partai Kebangkitan Bangsa. Alhamdulillah saya diberi kesempatan untuk berjumpa dan bertatap muka dengan beliau. Allahu yahfadz wa Yarham...
Al-Fatihah untuk Gurunda, Ayahanda, Abah, Mama al-Magfurlah KH. Saepuddin Zuhri.
Bibarakati wa bihaqqi Ummil Qur'an....
0 komentar: