Sunday, August 6, 2017

HOAX SUDAH TERJADI PADA ZAMAN BAHEULA


Perkembangan media masa dari mulai cetak hingga online sangatlah pesat, acap kali kita menemukan berita atau informasi yang berseliweran di dunia maya atau nyata. Dalam ilmu Islam definisi berita itu adalah “Maa Ihtamala al-Shidqa wa al-Kadziba lidzaatihi” sesuatu “informasi” yang mengandung kebenaran dan kebohongan.

Dua sifat terhadap Ikhbar ini bagaikan mata uang yang mana depan belakangnya sama,bahkan kebohongan yang diulang-ulang sudah menjadi kebenaran yang qath’i. Di Mesir pada masa pemerintahan seorang diktator yaitu Husni Mubarak semua media masa dikuasai oleh rezim, sehingga muncul spekulasi dari masyarakat sipil bahwa yang namanya Surat Kabar itu jangan dipercaya kebenarannya yang boleh dipercaya hanya lembaran terakhir saja yaitu “Ikhbar al-Wafatiyah” yaitu berita duka.

Dalam kajian Psikologi Riset yang dilakukan oleh Robert Feldman, psikolog dari University of Massachusetts menunjukkan bahwa kebohongan memiliki keterkaitan dengan kepercayaan diri. Saat kepercayaan diri kita terancam seseorang akan dengan mudah berbohong. Riset Feldman ini dimuat dalam Journal of basic and Applied Psychology. Istilah kepercayaan diri ketika berbohong ini sering banget kita jumpai di kalangan aktivis atau politisi mungkin masyarakat pada umumnya, begitu juga pegiat media sosial di Indonesia.

Perilaku bohong “Hoax” juga menjadi candu berat bagi para pegiat medsos, bahkan akun ibu-ibu atau cewek cantik yang terlalu dramatis menanggapi sebuah gambar. Contoh kecil ada foto Pakar IT Hermansyah dibacok dan yang diposting itu tangannya buntung kena bacokan, padahal aslinya tidak seperti itu. Dan yang saya heran para penyebar berita ini dengan PD dan dramatis mengeshare foto itu dengan caption, “Mudah-mudahan Ahoker pembacok Hermansyah dilaknat Allah, KETIK AMIN”. Secara spontan psikologi masa serentak mengetik Amin dan menyebarkan berita Hoax foto Hermansyah yang jari tangannya buntung.

Kasus seperti itu bisa dikatakan sebagai euforia terhadap teknologi baru. Ada juga masyarakat yang well educated, orang berpendidikan, sengaja memanfaatkan. Mereka mampu memproduksi sebuah informasi baru yang notabene tidak jelas, dan tidak didukung data, dan biasanya perilaku ini dilakukan oleh orang-orang yang menggerakan  masa grass root atas ujaran kebencian terhadap pemerintah, dan mereka dari pihak oposisi penguasa.

Semua perilaku Hoax seperti ini sudah terjadi berabad-abad silam. Pada zaman dulu, orang di Timur Tengah menyebutnya dengan istilah Tahrif “Pelintir” dalam bahasa Indonesia. Perilaku Tahrif ini biasanya dilakukan pada teks-teks kitab Suci oleh orang-orang berkepentingan. Karena Agama bisa menjadi alat kekuasaan.

Tahrif atau pemelintiran sumber asli menjadi palsu, atau redaksi asli menjadi ambigu, terbagi menjadi dua ada istilah Tahrif billafdzi ada Tahrif bilma’na. Pertama Tahrif billafdzi adalah pemelintiran teks berita, misalnya banyak berita yang dipotong-potong atau video yang dimutilasi sebagiannya, contoh kasus kemarin ada ungkapan Cak Nun (Emha Ainun Nadjib) yang dipelintir oleh team Muslim Cyber Army (komunitas syber Islam garis keras) tentang pandangannya terhadap HTI, pemelintiran teks atau ungkapan ini bisa merubah makna yang amat signifikan. Kedua Tahrif bilma’na, pelintiran ini menyampaikan teks yang sama namun tafsirnya atau maknanya berbeda, contoh misalnya Ahok mengatakan “Jangan mau dibodoh-bodohi al-Maidah ayat 51”, secara teks memang benar apa yang dikatakan Habib Rizieq dan Buni Yani namun secara penafsiran, apa yang ditafsirkan oleh Ahok dan Buni Yani itu berbeda. Deny Siregar mengatakan Istilah bagi penebar Hoax atau perilaku Tahrif ini adalah Kaum Bumi Datar.

Seperti biasa saya tutup dengan Hadis yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dalam karyanya; Iyyakum wal kadziba fa innal kadziba yahdii ilal fujuri wa innal fujura yahdi ilan naar.

Artinya; Jauhi perbuatan bohong (Hoax) karena bohong menuntun pada keburukan dan keburukan menuntun pada neraka. (HR.Muslim)
Share This
Previous Post
Next Post

Alumni Pondok Pesantren Baitul Hikmah Haurkuning Salopa Tasikmalaya. Darussunnah International Institute for Hadith Science, Sosiologi FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Aktivis Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII).

0 komentar: