Siapa yang tak kenal dengan Syekh Siti Djennar atau Syaikh Lemah Abang, yang terkenal dengan pemikirannya yang kontroversial baik dalam masalah pandangannya terhadap Agama atau Politik. Menurut Riwayat, Syaikh Siti Jennar adalah putera dari Syaikh Datuk Sholeh, ulama asal Malaka. Syaikh Siti Jennar dikenal sebagai penyebar ajaran Sasahidan yang berpijak pada konsep Manunggal Ing Kawulo Lan Gusti atau dalam istilah al-Hallaj adalah (Wihdat al-Wujud) yaitu menyatunya diri (manunggal) menjadi satu bersama dzat Tuhan, dan inilah salahsatu yang meninspirasi lagu Ahmad Dhani yang berjudul “Satu”.
Yang lebih menarik,
bukan saja dalam konteks transendensi ketuhanan antara makhluk dengan Tuhan,
Siti Jennar juga salah satu tokoh Wali Songo yang menggagas komunitas baru
dengan mengubah konsep feodalistik (Kawulo/Hamba/Budak/Ambo/Abdi/Ingsun),
menjadi egaliter melalui pembukaan hunian-hunian baru yang disebut Lemah Abang.
Kemunculan komunitas ini dengan konsep Manunggal Ing Kawulo Lan Gusti,
menjadikan dukuh-dukuh Lemah Abang menjadi Mayarakat egaliter sosialis,
sehingga akibat dari komunitas itu muncullah Islam Varian Abangan yang
dinisbatkan kepada Syaikh Lemah Abang atau Syaikh Siti Jenar, dan hal inilah yang
menarik seorang orientalis dalam meneliti masyarakat santri, priyai, dan
abangan, di Mojokuto, yaitu Clifford Geertz yang menulis buku The Religion of
Java. Geertz mengatakan bahwa Islam Jawa adalah sebuah agama yang tidak bisa
melepaskan diri dari budaya, sehingga bukan hanya saja mempercayai hal yang
ghaib, namun mereka juga percaya dengan benda-benda mistis yang mengandung
nilai filosofis tinggi, nilai-nilai sinkretisme yang tinggi inilah sehingga
muncul sebutan Abangan.
Sebagai seorang tokoh
agama, Syaikh Siti Djennar mendidik muridnya dengan paham dan ajaran Manunggal
Ing Kawulo Lan Gusti, sehingga tak sedikit dari muridnya yang mulanya beragama
Hindu Buddha yang berpindah haluan ke dalam agama Islam, karena konsep
Manunggal Ing Kawulo Lan Gusti juga ada dalam ajaran Hindu Buddha atau
ajaran-ajaran agama adat.
Ajaran pokok Syaikh
Siti Jennar adalah menjadi manusia hakiki, yaitu manusi yang merupakan
perwujudan (manifest), dari hak, kemandirian, dan kodrat. Sehingga konsep ini
menjadi salahsatu konsep dari pengimplementasian dari gagasan konsep Manunggal
Ing Kawulo Lan Gusti, pada dasarnya menyatunya diri manusia dengan dzat Tuhan
dan menjadi satu wujud yang utuh, adalah menjadi hak dan memiliki hak. Pada
saat ini yang kita pahami hak dan kewajiban adalah sama, atau manusia harus
mendahulukan kewajiban baru mendapatkan hak. Hal ini dianalogikan kepada
pemerintah yang menuntut rakyatnya untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya
sebagai warga negara. Warga dituntut membayar pajak, mematuhi undang-undang dan
peraturan-peraturan yang ditentukan oleh para elite politik, dan melaksanakan
berbagai macam kepatuhan. Sedangkan menurut Syaikh Siti Jennar “harus ada hak
hidup lebih dulu”. Inilah yang benar!. Tak ada kewajiban apa pun yang bisa
diberikan kepada seorang bayi yang baru dilahirkan. Oleh karena itu, begitu
seorang bayi manusia dilahirkan semua hak-haknya sebagai manusia harus dipenuhi
terlebih dahulu.
Baik bayi dari kalangan
masyarakat miskin atau kaya, hak memperoleh pengasuhan, perawatan, biaya
kehidupan, pendidikan, penjagaan, perlindungan dll, haruslah dipenuhi. Hak-hak
tersebut harus dipenuhi agar kelak bayi itu menjadi manusia yang hakiki,
manusia yang benar yang mampu melaksanakan kewajiban-kewajibannya, sebagai
anggota keluarga, masyaraka, atau negara sekalipun. Sehingga menjadi manusia
yang hidup merdeka dan terpenuhi.
Pemenuhan hak dan
kewajiban barulah tahap awal untuk menjadi manusia yang hakiki. Tahap
selanjutnya adalah mendidik, mengajar, dan melatihnya agar menjadi manusia yang
mandiri yang mampu berinteraksi antara satu sama lainnya tanpa ada pertentangan,
sehingga setelah menjadi manusia yang mandiri dan berinteraksi, dan
bersosialisai (bergotong royong) dengan masyarakat, hal ini yang memicu
kemerdekaan (interdependence and independence).
Setelah memahami hak
dan kemandirian, manusia juga harus bisa mengembangkan kodrat, kondrat dalam
ilmu Psikologi hampir sama dengan talenta, jika manusia bisa mengaktualisasikan
dirinya maka kodranya pun akan terwujud. Seperti dalam al-Qur’an, Surah ar-Raad
Ayat 11, dijelaskan;
“Sesungguhnya Tuhan
tidak akan merubah suatu kaum (golongan), kecuali merekan mengubahnya sendiri.”
Demikianlah pemikiran
Syaikh Siti Jennar dalam menciptakan masyarakat sosialis, yang pada mulanya
membentuk sebuah gerakan revolusi yang didasari oleh spirit agama yaitu
Manunggal Ing Kawulo Lan Gusti.
0 komentar: