Sejak mondok saya
pernah baca beberapa literatur tentang Muhammadiyah dan Darwis, bahkan ada satu
kitab karya KH. Syihabuddin Muhsin Sukahideng Tasikmalaya namanya Kitab
Mansurah Diniyah itu kitab murni sekali ajaran Aqidahnya Ahmad Dahlan /
Muhammadiyah.
Jujur saya sedikit
banyaknya menimba ilmu dari Muhammadiyah, baik secara bertemu langsung (face to
face) atau membaca karya-karyanya. Karena pada hakikatnya ilmu itu terbagi dua
ada ilmu bil-riwaayah ada ilmu bil-diraayah. Kalau santri pasti tau kedua ilmu
itu.
DARWIS
ULAMA LINTAS AFILIASI
Muhammad Darwis lahir 1
Agustus 1868, dan hari ini 1 Agustus 2017 sudah 149th umur Muhammad Darwis,
dunia mengenalnya Ahmad Dahlan. Meninggal pada 23 Februari 1923, 95th Kang
Darwis meninggalkan kita. Allahummagfir Lahu, warhamhu, wa 'afihi wa'fu'anhu.
Alfatihah.
Kang Dahlan adalah
sosok Ulama, Pengusaha, dan organisatoris. Track record sebagai ulama beliau
banyak berguru kepada ulama-ulama Nusantara seperti Syaikh Khatib
al-Minangkabawi, Syaikh Mahfud Termas, dll. Beliau adalah Sahabat karib, Kakak
kelas, saudara dekat dari Muhammad Hasyim Asy'ari pendiri Nahdlatul Ulama.
Ahmad Dahlan juga tidak
alergi dengan faham pembaharu Islam seperti Abduh, al-Afghani, Ibn Taimiyah,
Rasyid Ridha dll, Bahkan Dahlan sudah bisa menerima hasil karya ilmuan Barat
pada masa itu di tengah masyarakat konservatif dan kontra revolusioner terhadap
perkembangan zaman.
Bukan hanya Ulama saja,
beliau juga seorang pengusaha Batik yang kala itu menjadi profesi yang dominan
di Yogyakarta. Sebagai makhluk sosial juga Kang Dahlan aktif bermasyarakat,
saling komunikasi, dan interaksi dalam kesehariannya, mengantarkan Dahlan
menjadi sosok yang dihormati di masyarakat. Beliau diterima di berbagai organisasi
seperti Jam'iyatul Khair, Budi Utomo, Sarekat Islam, dan Comite Pembela Kanjeng
Nabi Muhammad.
MUHAMMADIYAH
Mendirikan Muhammadiyah
banyak tuduhan, intimidasi, dan fitnah dari bebagai elemen masyarakat. Ahmad
Dahlan difitnah sebagai Kiai palsu, dituduh dekat dengan kalangan elit priyayi
karena kedekatannya dengan Budi Utomo, bahkan Kiai Kafir. Jadi jangan kaget
jika kita dituduh kafir, toh dulu juga Kiai kita dituduh kafir. Sabar aja bro!
Kala itu Muhammadiyah
dibatasi perkembangannya oleh penguasa Hindia Belanda, bahkan dilegal formalkan
berbadan hukum pun baru di sahkan pada tahun 1914. Sebelum terbentuknya
Muhammadiyah secara organisasi formal, Muhammadiyah sudah berkembang dan
membangun beberapa cabang di Indonesia dengan nama yang berbeda, karena
Muhammadiyah hanya diizinkan berkembang di Yogyakarta saja.
Di Pekalongan
Muhammadiyah dinamakan Nurul Islam, di Ujung Pandang al-Munir, di Garut
Ahmadiyah, di Solo Perkumpulan Shidiq Amanah Tabligh Fathonah (SATF).
Pada tanggal 7 Mei 1921
Dahlan mengajukan permohonan kepada pemerintah Hindia Belanda untuk mendirikan cabang-cabang
Muhammadiyah di seluruh Indonesia. Permohonan ini dikabulkan oleh pemerintah
Hindia Belanda pada tanggal 2 September 1921.
Akhirnya, berkembanglah
Muhammadiyah di berbagai wilayah di Indonesia dan mendirikan ribuan cabang,
lembaga pendidikan, dan rumah sakit. Hebat yah jasa Kiai Ahmad Dahlan.
TEOLOGI
AL-MA'UN
Bagi Kang Dahlan,
menelantarkan anak yatim dan tidak mengentaskan kemiskinan adalah
"PENDUSTA//PENISTA AGAMA". Baginya juga ibadah ritual tanpa sosial "Laa
Tuqbal" tidak diterima. Inilah teologi al-Ma'un.
Teologi al-Ma'un adalah
Teologi utama yang mendasari berdiri dan berkembangnya Muhammadiyah. Teologi
yang didasarkan pada Al-Qur’an (107:1-7) ini seringkali diterjemahkan dalam
tiga pilar kerja, yaitu: healing (pelayanan kesehatan), schooling (pendidikan),
dan feeding (pelayanan sosial). Teologi ini pulalah yang membuat organisasi ini
mampu bertahan hingga 100 tahun dengan memiliki ribuan sekolah, rumah sakit,
panti asuhan, dan layanan kesejahteraan sosial yang lain.
Bagi saya Kang Dahlan
telah memeberikan corak keislaman yang berpikir maju untuk bangsa Indonesia,
Kang Dahlan adalah Sang Surya yang senantiasa menyinari bangsa ini dengan
segala jasanya dan pengabdiannya. Inilah yang disiratkan dalam al-Qur’an Min
al-Dzulumaati ilaa al-Nuur (dari kegelapan menuju terang benderang) begitu juga
Kang Dahlan, dari Kejumudan menuju Pembaharuan.
0 komentar: