Friday, July 6, 2018

TGB DAN POLITIK AKAL SEHAT

Sumber: mojok.co

Statemen TGB terhadap kepemimpinan nasional, berkaca kepada pengalamannya membangun NTB yang membutuhkan dua periode. Logika sederhana yang terlihat, jika pembangunan NTB, wilayah kecil dengan penduduk sekitar lima juta lebih membutuhkan waktu 10 tahun untuk ditransformasi, maka pun begitu dengan kepemimpinan nasional. 

Tanpa kalimat yang lantang, siapa yang mendengar TGB lantang menyebut "Saya mendukung Jokowi," adakah yang dengar? TGB dengan elok menyebut berdasar pengalamannya, maka sangat fair untuk beliau diberi kesempatan. Tapi kemudian, judul berita di media nasional lantang menyebut TGB mendukung Jokowi untuk dua periode. 

Berita-berita ini yang kemudian memicu banyak sikap dan komentar. Bagi para pendukung Jokowi, ini adalah angin segar, bahkan senjata yang menohok para oposisi. Simpatisan dan relawan TGB mulai berguguran, hujatan demi hujatan pun datang. 

Bagi penulis sendiri, fenomena yang mengguncang media sosial dan jagat media-media nasional ini, membuat saya sadar, siapa yang benar-benar mendukung TGB, siapa yang benar-benar mengenal beliau, dan betapa besarnya pamor TGB. 

Bergugurannya para relawan yang sedari dulu mendukung TGB lewat sosmed, karena tidak sepenuh hati mendukung, ada bayang-bayang anti jokowi, bayang-bayang HRS, dan bayang-bayang yang lainnya. 

Anggapan, asumsi, komentar, hujatan yang bermunculan, menunjukkan pengetahuan yang sedikit mengenai TGB.   
ada yang bilang, dukungan TGB sebagai bentuk pendahuluan kepentingan pribadi, bukan umat. Pertanyaannya, umat yang mana? Umat yang anti jokowi? ingat loh, umat yang pro jokowi juga banyak, jadi, TGB tetap mendahulukan kepentingan umat.

Ada juga yang berpendapat, pernyataan dukungan sebagai bentuk melindungi diri dari jerat hukum setelah diperiksa KPK. Sama dengan beberapa tokoh yang awalnya tidak mendukung Jokowi, tapi berbalik setelah diperiksa KPK. Mindset publik terlalu sempit jika mengira setiap orang yang diperiksa KPK berujung pada tahanan, atau menjadi tersangka korupsi. saya rasa KPK sudah bekerja optimal selama ini, jika memang TGB  terbukti korupsi, pasti beliau sudah mendekam di rutan KPK, tapi realitasnya tidak ada apa-apa, TGB juga santai ketika ditanya prihal pemeriksaan, karena apa yang harus dibuktikan, toh TGB tidak korupsi. Alhasil, demo saudara-saudara yang mengatasnamakan diri pemuda NTB, hanya angin lalu, sekedar bahan untuk menjelekkan TGB, di hadapan orang yang tidak tahu.

Ada juga yang berpendapat, TGB kecewa dengan partainya yang tidak mengakomodir TGB. Partainya sendiri (Demokrat), hanya memberi ruang untuk AHY, kekecewaan tersebut ia tunjukkan dengan dukungan kepada Jokowi. TGB selalu tekankan dinamika di dalam partainya terus bergulir, hubungannya juga baik dengan Ketum Demokrat, dan setiap kader di Demokrat selalu diberikan ruang.  
Sejauh ini TGB sendiri tidak terlalu memusingkan menjadi apa ia ke depan, bagi TGB, ia menjalani takdir Tuhan. Deklarasi yang terjadi di mana-mana murni deklarasi orang-orang yang menginginkan TGB memimpin di pusat, bukan atas perintah TGB. 

Apapun itu, pernyataan TGB yang dilantangkan dengan "TGB Dukung Jokowi Dua Periode" oleh media-media, telah membuat semua kubu bersuara, baik Projo, PA 212, Petinggi Partai, Pengamat Politik, dan lain-lain. Sontak TGB menjadi topik pembicaraan. Tentu, ini kampanye gratis, yang semakin memperkenalkan TGB di kancah nasional. Selain itu, ini menunjukkan, TGB punya efek yang luar biasa, dan memang diakui secara nasional. Satu pernyataannya saja bisa bikin ribut jagat sosmed Indonesia dan media. 

Terakhir, dari kabar yang saya dengar,  apa yang dinyatakan TGB, terkait dengan kondisi Indonesia. Menurutnya, Pasca Pilkada, polarisasi umat semakin menjadi, sentimen keagaaman selalu digunakan, bagi TGB, itu tidak baik, karena bisa menghancurkan bangsa. Demikian Sikap TGB murni dari pribadi, tidak ada kaitannya dengan iming-iming jabatan, pemeriksaaan KPK,  atau pun kaitannya dengan partainya sendiri. Ini demi kesatuan umat.


Share This
Previous Post
Next Post

Alumni Pondok Pesantren Baitul Hikmah Haurkuning Salopa Tasikmalaya. Darussunnah International Institute for Hadith Science, Sosiologi FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Aktivis Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII).

0 komentar: