Friday, April 6, 2018

SAJAK: MAU MU APA?


Masih terngiang ledakan-ledakanmu
Masih terngiang teriak-teriakanmu
Masih terngiang caci dan maki mu
Masih terasa sayatan cabikmu

Terngiang. Kudengar lisan kotormu
Lantang suaramu seakan meruntuhkan langit serta susunan
Namun kau bukan Hamzah yang selalu berada di laga terdepan
Kau juga bukan Bilal yang suaranya lantang disukai orang
Kau juga bukan Umar yang ditakuti kafir Quraisyi
Kau juga bukan Ali yang menyandang gelar Singa Ilahi

Maumu Apa?
Dulu lisan indahmu memuji kiai kami
Dulu badan sehatmu mengawal kiai kami
Dulu lantang takbirmu meneriakkan kawal Fatwa MUI
Sekarang kau caci kiai kami, kau hina kiai kami, kau bully kiai kami
Kami tak kuasa melihatnya, jejak langkah kakinya, lentik jemarinya, keriput dahinya
Mengingatkanku guru-guru sepuh di pesantren

Maumu Apa?
Sudah kau caci simbol organisasi kami
Sudah kau hina ketua tanfidziah kami
Sekarang kau masih belum puas, hina Rais 'Amm kami juga. Keterlaluan.

Maumu Apa?
Hanya gara-gara Puisi Ibu Indonesia
Hanya gara-gara konde dan kidung
Kau harus sejahat itu?

Maumu Apa?
Kau mau penjarakan penista?
Kau mau bui penista?
Penjarakan dan bui dulu hawa nafsumu!

Maumu Apa?
Imam besarmu masih bersembunyi di gorong-gorong kota Mekkah
Imam besarmu juga banyak terjerat kasus penista
Kenapa Imam besarmu tak gentel man menghadapi kasusnya

Maumu Apa?
Untuk meminta maaf penistaan simbol masyarakat Sunda aja susah
Untuk minta maaf penistaan simbol negara saja susah
Imammu dulu bilang Campuracun dan Pantatcina, apakah kau tak sadar itu penistaan?

Maumu Apa?
Maumu Apa?
Maumu Apa Sih!





Share This
Previous Post
Next Post

Alumni Pondok Pesantren Baitul Hikmah Haurkuning Salopa Tasikmalaya. Darussunnah International Institute for Hadith Science, Sosiologi FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Aktivis Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII).

0 komentar: