Upacara Ngertakeun Bumi Lambah |
Ajar Pikukuh Sunda adalah aliran kepercayaan adat yang turun temurun dari nenek moyangnya, aliran ini berada di daerah Jawa Barat. Jika kita memaknai kata “Sunda” mungkin maknanya terlalu luas. Namun, saya meyakini bahwa Sunda itu adalah awal dari peradaban Manusia. Menurut Lucky Hendrawan, Sunda merupakan tata-kelola peradaban, dan kebudayaan hasil karya daya cipta adiluhung (Konsepsi), para leluhur bangsa Indonesia/Nusantara. Karya cipta yang adiluhung, dan agung ini telah diwariskan kepada para cucunya (Manusia Sunda). Namun, sangat disayangkan di negeri tempat kelahirannya Ajar Pikukuh Sunda terasingkan, bahkan mereka lah salahsatu aliran yang mendapatkan negosiasi dari pemerintah dan masyarakat yang telah masuk ke agama lain, bisa saja saya mengatakan bahwa merekalah yang terselamatkan oleh alam. Saya kasih contoh penganut Ajar Pikukuh Sunda yang terisolasikan dan mendapatkan negosiasi dari pemerintah adalah masyarakat Baduy yang ada di Pandeglang, Banten. Munculnya negoisasi dikarenakan, Ajar Pikukuh Sunda semakin terasingkan dikarenakan para pengitnya ada yang masuk ke kepercayaan lain, seperti Hindu dan Islam.
Semenjak berdirinya kerajaan Salaka Nagara 130M, sebagai kerajaan tertua, bahkan kerajaan pertama di Indonesia yang bertepatan di Pandeglang, Banten, Ajar Pikukuh Sunda mampu menciptakan sebuah karya cipta yang adiluhung berbentuk sebuah tradisi dan kearifan lokal sebagai simbol penghambaan makhluk kepada Sang Hyang Kersa. Kearifan lokal ini adalah hasil mediasi, komunikasi antara Guru/Hermes (Sang Pencerah) yaitu pembawa pesan-pesan Tuhan dengan Sang Hyang Cipta. Banyak dari kalangan masyarakat awam yang mengatakan bahwa Sunda itu adalah etnis, budaya, agama dll, tanpa didasarkan terhadap bukti fakta-fakta empiris dan logis. Amatlah banyak sebuah istilah nama-nama yang mengandung kata Sunda, seperti Sundaland, Sundoro, Selat Sunda, Gunung Sunda, Sundapura, Sundayana dan berbagai macam istilah nama yang mengandung term Sunda.
Secara harfiah (etimologi) Sunda berasal dari kata Su = Sejati/Abadi, Na=Api, Da=Agung, jadi artinya adalah Api Sejati yang agung dan abadi (Matahari). Matahari sebagai Sang Hyang Tunggal mampu memberikan penerangan terhadap seluruh alam, maka dari sinilah muncul Sang Hyang Gana (Ganesha) yang disimbolkan dengan manusia berkepala gajah. Menurut Ajaran Pikukuh Sunda, Matahari sebagai Sang Hyang Tunggal hampir mirip dengan logikanya Ibn ‘Arabi yaitu semakin banyak warna semakin menandakan keesaan Tuhan yang maha kuasa, warna dalam di situ diartikan sebagai keaneka-ragaman makhluk Tuhan yang berbeda-beda, logika ini dianalogikan oleh Ibn ‘Arabi kepada Matahari, Matahari hanya satu, namun, ketika menerangi bumi sinar dan warnanya berbeda-beda, ada putih, biru, hijau, merah dll.
Saya sebagai Urang Sunda yang sedang mencari Jati diri Manusia Sunda sebagai makhluk yang mempunyai warisan adiluhung yang mengandung nilai-nilai filosofi ketuhanan, kehidupan, dan kemanunggalan. Saya masih perlu mempelajari tradisi, budaya, dan nilai-nilai teologis Ajar Pikukuh Sunda.
0 komentar: