Ideologilah yang mampu mengubah Masyarakat (Ali Syari’ati 1933-1977M)
Manusia selalu
bergantung pada pola atau kerangka berfikir yang kemudian disebut sebagai
pandangan dunia atau worldview. Pandangan dunia secara sederhana adalah
kerangka yang kita kontruks untuk melihat dunia dan berbagai kejadian yang
menyertainya. Murtadla Muthahhari mengatakan, pandangan dunia inilah yang
kemudian menjadi dasar dari ideologi yang dianut oleh setiap manusia disebabkan
perbedaan dalam hal menyusun kerangka pandangan dunia. Pandangan dunia, adalah
bentuk dari semua kesimpulan, penafsiran, dan hasil kajian yang ada pada
seseorang berkenaan dengan Tuhan, alam semesta, manusia, budaya, dan sejarah.
Secara alamiah
seseorang lahir pasti mengikuti alur tradisi di lingkungan masyarakatnya.
Bahkan gagasan apa pun yang dimiliki oleh seseorang pasti dipengaruhi oleh
madzhab pemikiran yang ia anut. Jika seorang percaya pada madzhab atau
pemikiran tertentu, maka kepercayaan, tradisi, budaya, emosional, jalan hidup,
aliran politik, pandangan-pandangan sosial, konsep-konsep intelektual,
keagamaan dan etikanya tidaklan terpisah dengan pandangan duniannya, dan pada
akhirnya setiap madzhab pemikiran mampu membentuk sebuah gerakan dan kekuatan
sosial.
Menurut Syari’ati
Worldview adalah pemahaman yang dimiliki seseorang tentang wujud atau
eksistensi. Misalnya, seseorang yang menyakini bahwa dunia ini mempunyai
Pencipta Yang Sadar dan mempunyai kekuatan atau kehendak, dan bahwa dari
catatan dan rekaman akurat yang disimpan, ia akan menerima ganjaran atas amal
perbuatannya atau dia akan dihukum lantaran amal perbuatannya itu, maka ia
adalah orang yang mempunyai pandangan tentang dunia religius. Berdasarkan
pandangan tentang dunia inilah seseorang lalu mengatakan: "Jalan hidupku
mesti begini dan begitu dan aku mesti mengerjakan ini dan itu", inilah
makna memiliki ideologi agama. Dengan demikian, idealism Hegel, materialisme
dialektik Marx, eksistensialisme Heiddeger, Taoisme Lao Tsu, wihdatul wujud
al-Hallaj, semuanya adalah pandangan tentang dunia. Setiap pandangan tentang
dunia ataupun mazhab pemikiran pasti akan memperbincangkan konsep
manusiasebagai konsep sentral.
Pandangan tentang dunia
seseorang dipengaruhi oleh aspek-aspeks piritual dan material yang khas dari
masyarakatnya. Menurut Henry Bergson, dunia yang dipandang oleh seorang
individu yang hidup dalam suatu komunitas masyarakat tertutup merupakan suatu
dunia yang terkungkung .Begitu juga sebaliknya, seorang individu yang hidup
dalam masyarakat yang terbuka memandang dunia luar sebagai sesuatu yang tidak
terbatas, ekspansif dan senantiasa bergerak. Masyarakat dan agama selalu
menentukan visi manusia tentang dunia yang kemudian mempengaruhi
tindakan-tindakannya. Dengan demikian membahas pandangan tentang dunia berti
membahas tentang manusia sebagai subjek. Mepelajari pandangan hidup suatu
komunitas sosial atau bangsa berarti mempelajari tentang tipe-tipe dari
bentuk-bentuk pola kebudayaan serta berbagai karakteristik yang dikembangkan
oleh komunitas atau bangsa tersebut.
Di tengah keadaan zaman
yang mana pandangan tentang dunia yang serba materialistik, Syari’ati
menempatkan dirinya terhadap pandangan dunia religius. Syari’ati meyakini bahwa
penguasa jagat raya ini adalah Tuhan, jadi segala unsur kehidupan Tuhanlah yang
mengatur. Namun, bukan berarti Ali Syariati memandang segala hal dengan
pandanga oran Qadiriyah dan Jabbariyah (Patalisme), Ali Syariati juga bukan
seorang ortodoks, atau bahkan ekstrim. Tapi Syari’ati menempatkan pandangan
dunia religiusnya sebagai pandangan yang berbasis pada riset ilmiah dan
berbasis saintifik. Syari’ati mengambil pilihan hidup yang moderat dan sintetik
di antara kutub ekstrim di atas, yaitu pandangan hidup religius humanistik yang
mensublimasi unsur manusia sebagai makhluk yang progresif, selalu mencari
kesempurnaan dan sangatlah manusiawi.
Syari’ati menawarkan
gagasan religious humanistik, gagasan ini terpengaruhi oleh beberapa pemikiran
Marx tentang materialisme historis dan dialektika. Menurut Syariati gagasan ini
sebagai respon untuk melawan dualisme kelas antara penguasa dang yang dikuasai,
antara borjuis dan proletar, Syari’ati menyebutnya dengan golongan
Mustadl’afiin dan Mustakbirin. Dengan gagasan inilah manusia akan menemukan
keesaan orginal, sebuah keesaan yang dalam rangka membangun kesadaran manusia
pada misinya sebagai wakil Tuhan (Khalifatullah Fil Ardl). Menurutnya, manusia
adalah makhluk merdeka dan memiliki potensialitas tanpa batas untuk menentukan
nasibnya sendiri dan bukan ditentukan oleh kekuatan eksternal dengan membangun
semangat Tauhid.
Pada akhirnya,
Pandangan Dunia (Worldview), bermetamorfosa dan membentuk ideologi sebagai
keyakinan dan cita-cita yang dianut oleh kelompok tertentu. Syari’ati melakukan
redefinisi tentang pemahaman ideologi, menurutnya ideologi berasal dari dua
kata, yaitu idea dan logi. Idea berarti keyakinan, faham, pemikiran, gagasan,
cita-cita. Logi berarti logika, ilmu atau pengetahuan. Berarti ideologi adalah
ilmu tentang cita-cita atau keyakinan yang perlu diperjuangkan mati-matian.
Dengan demikian, ideologi terdiri dari berbagai varian keyakinan dan cita-cita
yang dianut oleh suatu kelompok tertentu. Dan idiolog adalah para penganutnya
dan yang selalu berusaha memperjuangkan ideologinya.
Menurut Syari’ati
ideologis adalah fitrah yang paling penting dan bernilai serta merupakan
kesadaran diri yang istimewa dalam diri manusia. Kesadaran ideologis, menuerut
Ali Syari’ati adalah kesadaran khusus yang khas bagi manusia tanpa terkecuali.
Oleh karena itu, ideologi menjadi suatu kebutuhan manusia yang paling dasar
untuk memberi arah atau petunjuk dalam mengungkapkan kebenaran sehingga sampai
ketingkat verifikasi atas tindakan masyarakat dan perilaku-perilaku sosial yang
melingkupinya. Secara sederhana ideologi berperan sebagai cara pandang, pemberi
pemahaman untuk bergaul dengan dunianya.
Pandangan Ali Syari’ati
tentang ideologi sangat bertentangan dengan Marx dan Weber, meskipun secara
paham keagamaannya Syari’ati mempunyai ciri khas Marxian, namun dalam hal ini
lain cerita. Marx dan Weber berpendapat bahwa ideologi dibentuk oleh stuktur
masyarakat. Syari’ati justru menyatakan bahwa dengan kesadaran diri (ideologi)
inilah manusia membentuk masyarakat. Ideologi menempati posisi yang begitu kuat
dalam pikiran dan keyakinan manusia. Dan ideologi, tetap diperpegangi sebagai
penuntun hidup yang paripurna bagi para penganutnya. Bagi Ali Syari'ati hanya
ideologilah yang mampu merubah masyarakat, karena sifat dan keharusan ideologi
yang meliputi keyakinan, tanggungjawab, dan keterlibatan untuk komitmen.
Pandangan Ali Syari'ati ini, senada dengan pandangan Antonio Gramsci, yang
menyatakan bahwai deologi, lebih dari sekedar sistem ide. Ideologi secara
historis memiliki keabsahan yang bersifat psikologis (ideologi memberikan
spirit perjuangan). Selain itu, ideologi mengatur dan memberikan tempat bagi
manusia untuk bergerak dan, mendapatkan kesadaran mengenai posisi mereka maupun
perjuangan mereka dalam kehidupannya.
0 komentar: