Tuesday, August 1, 2017

ALI SYARI'ATI: TENTANG IDEOLOGI

Ideologilah yang  mampu mengubah Masyarakat (Ali Syari’ati 1933-1977M)
Manusia selalu bergantung pada pola atau kerangka berfikir yang kemudian disebut sebagai pandangan dunia atau worldview. Pandangan dunia secara sederhana adalah kerangka yang kita kontruks untuk melihat dunia dan berbagai kejadian yang menyertainya. Murtadla Muthahhari mengatakan, pandangan dunia inilah yang kemudian menjadi dasar dari ideologi yang dianut oleh setiap manusia disebabkan perbedaan dalam hal menyusun kerangka pandangan dunia. Pandangan dunia, adalah bentuk dari semua kesimpulan, penafsiran, dan hasil kajian yang ada pada seseorang berkenaan dengan Tuhan, alam semesta, manusia, budaya, dan sejarah.

Secara alamiah seseorang lahir pasti mengikuti alur tradisi di lingkungan masyarakatnya. Bahkan gagasan apa pun yang dimiliki oleh seseorang pasti dipengaruhi oleh madzhab pemikiran yang ia anut. Jika seorang percaya pada madzhab atau pemikiran tertentu, maka kepercayaan, tradisi, budaya, emosional, jalan hidup, aliran politik, pandangan-pandangan sosial, konsep-konsep intelektual, keagamaan dan etikanya tidaklan terpisah dengan pandangan duniannya, dan pada akhirnya setiap madzhab pemikiran mampu membentuk sebuah gerakan dan kekuatan sosial.

Menurut Syari’ati Worldview adalah pemahaman yang dimiliki seseorang tentang wujud atau eksistensi. Misalnya, seseorang yang menyakini bahwa dunia ini mempunyai Pencipta Yang Sadar dan mempunyai kekuatan atau kehendak, dan bahwa dari catatan dan rekaman akurat yang disimpan, ia akan menerima ganjaran atas amal perbuatannya atau dia akan dihukum lantaran amal perbuatannya itu, maka ia adalah orang yang mempunyai pandangan tentang dunia religius. Berdasarkan pandangan tentang dunia inilah seseorang lalu mengatakan: "Jalan hidupku mesti begini dan begitu dan aku mesti mengerjakan ini dan itu", inilah makna memiliki ideologi agama. Dengan demikian, idealism Hegel, materialisme dialektik Marx, eksistensialisme Heiddeger, Taoisme Lao Tsu, wihdatul wujud al-Hallaj, semuanya adalah pandangan tentang dunia. Setiap pandangan tentang dunia ataupun mazhab pemikiran pasti akan memperbincangkan konsep manusiasebagai konsep sentral.

Pandangan tentang dunia seseorang dipengaruhi oleh aspek-aspeks piritual dan material yang khas dari masyarakatnya. Menurut Henry Bergson, dunia yang dipandang oleh seorang individu yang hidup dalam suatu komunitas masyarakat tertutup merupakan suatu dunia yang terkungkung .Begitu juga sebaliknya, seorang individu yang hidup dalam masyarakat yang terbuka memandang dunia luar sebagai sesuatu yang tidak terbatas, ekspansif dan senantiasa bergerak. Masyarakat dan agama selalu menentukan visi manusia tentang dunia yang kemudian mempengaruhi tindakan-tindakannya. Dengan demikian membahas pandangan tentang dunia berti membahas tentang manusia sebagai subjek. Mepelajari pandangan hidup suatu komunitas sosial atau bangsa berarti mempelajari tentang tipe-tipe dari bentuk-bentuk pola kebudayaan serta berbagai karakteristik yang dikembangkan oleh komunitas atau bangsa tersebut.

Di tengah keadaan zaman yang mana pandangan tentang dunia yang serba materialistik, Syari’ati menempatkan dirinya terhadap pandangan dunia religius. Syari’ati meyakini bahwa penguasa jagat raya ini adalah Tuhan, jadi segala unsur kehidupan Tuhanlah yang mengatur. Namun, bukan berarti Ali Syariati memandang segala hal dengan pandanga oran Qadiriyah dan Jabbariyah (Patalisme), Ali Syariati juga bukan seorang ortodoks, atau bahkan ekstrim. Tapi Syari’ati menempatkan pandangan dunia religiusnya sebagai pandangan yang berbasis pada riset ilmiah dan berbasis saintifik. Syari’ati mengambil pilihan hidup yang moderat dan sintetik di antara kutub ekstrim di atas, yaitu pandangan hidup religius humanistik yang mensublimasi unsur manusia sebagai makhluk yang progresif, selalu mencari kesempurnaan dan sangatlah manusiawi.

Syari’ati menawarkan gagasan religious humanistik, gagasan ini terpengaruhi oleh beberapa pemikiran Marx tentang materialisme historis dan dialektika. Menurut Syariati gagasan ini sebagai respon untuk melawan dualisme kelas antara penguasa dang yang dikuasai, antara borjuis dan proletar, Syari’ati menyebutnya dengan golongan Mustadl’afiin dan Mustakbirin. Dengan gagasan inilah manusia akan menemukan keesaan orginal, sebuah keesaan yang dalam rangka membangun kesadaran manusia pada misinya sebagai wakil Tuhan (Khalifatullah Fil Ardl). Menurutnya, manusia adalah makhluk merdeka dan memiliki potensialitas tanpa batas untuk menentukan nasibnya sendiri dan bukan ditentukan oleh kekuatan eksternal dengan membangun semangat Tauhid.

Pada akhirnya, Pandangan Dunia (Worldview), bermetamorfosa dan membentuk ideologi sebagai keyakinan dan cita-cita yang dianut oleh kelompok tertentu. Syari’ati melakukan redefinisi tentang pemahaman ideologi, menurutnya ideologi berasal dari dua kata, yaitu idea dan logi. Idea berarti keyakinan, faham, pemikiran, gagasan, cita-cita. Logi berarti logika, ilmu atau pengetahuan. Berarti ideologi adalah ilmu tentang cita-cita atau keyakinan yang perlu diperjuangkan mati-matian. Dengan demikian, ideologi terdiri dari berbagai varian keyakinan dan cita-cita yang dianut oleh suatu kelompok tertentu. Dan idiolog adalah para penganutnya dan yang selalu berusaha memperjuangkan ideologinya.

Menurut Syari’ati ideologis adalah fitrah yang paling penting dan bernilai serta merupakan kesadaran diri yang istimewa dalam diri manusia. Kesadaran ideologis, menuerut Ali Syari’ati adalah kesadaran khusus yang khas bagi manusia tanpa terkecuali. Oleh karena itu, ideologi menjadi suatu kebutuhan manusia yang paling dasar untuk memberi arah atau petunjuk dalam mengungkapkan kebenaran sehingga sampai ketingkat verifikasi atas tindakan masyarakat dan perilaku-perilaku sosial yang melingkupinya. Secara sederhana ideologi berperan sebagai cara pandang, pemberi pemahaman untuk bergaul dengan dunianya.


Pandangan Ali Syari’ati tentang ideologi sangat bertentangan dengan Marx dan Weber, meskipun secara paham keagamaannya Syari’ati mempunyai ciri khas Marxian, namun dalam hal ini lain cerita. Marx dan Weber berpendapat bahwa ideologi dibentuk oleh stuktur masyarakat. Syari’ati justru menyatakan bahwa dengan kesadaran diri (ideologi) inilah manusia membentuk masyarakat. Ideologi menempati posisi yang begitu kuat dalam pikiran dan keyakinan manusia. Dan ideologi, tetap diperpegangi sebagai penuntun hidup yang paripurna bagi para penganutnya. Bagi Ali Syari'ati hanya ideologilah yang mampu merubah masyarakat, karena sifat dan keharusan ideologi yang meliputi keyakinan, tanggungjawab, dan keterlibatan untuk komitmen. Pandangan Ali Syari'ati ini, senada dengan pandangan Antonio Gramsci, yang menyatakan bahwai deologi, lebih dari sekedar sistem ide. Ideologi secara historis memiliki keabsahan yang bersifat psikologis (ideologi memberikan spirit perjuangan). Selain itu, ideologi mengatur dan memberikan tempat bagi manusia untuk bergerak dan, mendapatkan kesadaran mengenai posisi mereka maupun perjuangan mereka dalam kehidupannya.
Share This
Previous Post
Next Post

Alumni Pondok Pesantren Baitul Hikmah Haurkuning Salopa Tasikmalaya. Darussunnah International Institute for Hadith Science, Sosiologi FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Aktivis Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII).

0 komentar: