Karikatur Ganjar dan Gus Mus. Sumber: http://www.mojok.co |
Kejadian lucu, domino effect dari puisi Sukmawati dan kurang ngopi. Saking kurang ngopi mereka tak sempat berpuisi. Apalagi baca-baca buku sastra, dengar musik dewa-dewi pun telinga mereka tuli, melihat keindahan alam pun mereka buta. Buat apa lah kau hidup tanpa menikmati ayat-ayat Tuhanmu ini. Bukankah ayat Tuhan yang riil dan nampak jelas itu adalah bumi langit dan seisinya.
Gus Mus tak bisa kita pungkiri bahwa ia adalah penyair handal, karya-karyanya puluhan bahkan mungkin ratusan. Banyak dari karya puisi dengan kandungan sastra tersulit, sehingga orang awam susah memahaminya. Sastra itu sebuah level di atas filsafat.
Seorang Mustafa Bisri dikenal orang sebagai Kiai dan penyair atau sastrawan. Pemahaman bahasa Arab yang dalam mampu menjadikan Gus Mus sebagai orang pengulik sastra, karena dalam mata pelajaran nahwu, sharaf, ma'ani, bayan, manthiq sudah pasti santri diajarkan bagaimana membuat syair dengan pilihan-pilihan kalimat yang sekiranya cocok dan enak didengar.
Kali ini, seorang gubernur Jawa Tengah yang akan mencalonkan lagi di 2018 membacakan puisi Gus Mus yang berjudul "Kau ini bagaimana, atau aku harus bagaimana", menuai kecaman dari beberapa komponen masyarakat. Sudah pasti yang protes orang yang jarang baca, atau orang yang punya kepentingan politik. Hehehe.... Iya dong, karena yang baca kan Ganjar calon gubernur Jateng. Sudah pasti dijadikan bahan gorengan dan olahan lodeh politik oleh team lawannya. Bisa kaleee.....
Politik oh politik, kau memang kotor! Harusnya untuk membasuh kekotoran mu itu dengan puisi, kenapa mereka malah mengotori puisinya bukan politiknya yang jelas sudah kotor. Dasar, Kadal gurun, Keledai bunting, Onta cacingan. Ah, payah kau.
0 komentar: