Presiden Jokowi |
Anak muda millenial ini lebih suka baca tulisan novel atau artikel yang sifatnya storytelling, bahkan mungkin lebih banyak yang suka mendengar dan menonton visualisasi video di YouTube baik itu tentang mata pelajaran, atau hanya sebatas nonton berbagai macam tutorial. Hehehe...
Saya tidak ingin mengangkat sebuah issue rasisme atau mendiskriminasi salah satu kelompok identitas tertentu. Anggap saja tulisan ini hanya sebatas humor, ya memang manusia itu Homo Ludens bukan begitu dalam teori psikologinya?
Oleh karena manusia itu Homo Ludens yaitu makhluk yang suka bermain, anggap saja tulisan ini tulisan mainan, toh terekam dalam Nash Al-Qur'an juga kok dunia itu Lahwun wa La'ib (tempat bermain dan bersenda gurau) bukan begitu Pak Ustadz?
Saya tak pandai berkomunikasi apalagi dengan berbagai teori kontemporernya, dan saya juga tak pandai beretorika seperti Anies Baswedan yang telah mampu merubah Ibukota menjadi Ibukata, itu kata Jokowers. Ya itulah kontestasi dalam demokrasi. Kadang kita pun tak sempat merawat akal sehat, kata Rocky Gerung. Iya gak?
Sekali lagi tulisan ini bukan untuk memunculkan wacana rasisme atau SARA. Tapi tulisan ini saya sampaikan dengan joke-joke lucu dari tukang buku dan stereotip orang Sunda.
Tempo hari yang lalu saya sengaja mampir ke toko buku punya orang Batak, sebut saja Ucok. Saya memang sudah rutin setiap ada buku baru pasti dikabari sama anak buah si Ucok itu, namanya Hendra orang Karawang. Komplit lah di toko buku itu etnis yang memang punya resistensi terhadap suku Jawa. Tapi hanya jadi bahan guyon doang kok! Hehehe.
Memang negara ini banyak didominasi oleh orang-orang Jawa di kalangan elit pemerintah dan elite politiknya, kata si Ucok---orang Batak cuma jadi bumper saja. Jadi anjing menggonggong aja, tapi kadang jadi king maker, tandasnya.
Lanjut Ucok mengkompori saya dengan sejarah Perang Bubat, biasa lah tukang buku itu lebih pintar dari pada mahasiswa atau doktor sekalipun. Kata dia, bukannya orang Sunda punya sejarah kelam dan Jawa? Jawab saya, iya Bang. Hahaha. Kau sensi juga sama Jawa rupanya. Sontak Ucok dengan ketawa. Hahaha
Jadi begini Bang, memang dalam tradisi oral masyarakat Sunda yang dari lisan ke lisan itu, kami masyarakat Sunda tidak dikehendaki nikah dengan orang Jawa, baik itu Jawa Tengah atau Timur dalam hukum adat kami. Jawab saya ke Bang Ucok.
Terus dia melanjutkan diskusi, begini Kal. Dari dulu memang presiden kita ini orang Jawa dan di sekelilingnya orang Jawa semua, paling-paling orang Sunda itu paling banter jadi menteri itu juga paling satu orang. Tapi, saya salut sama Jokowi.
Saya salut sama Jokowi telah merubah seluruh perspektif masyarakat di luar Jawa, bahwa pemerintahan Jokowi-Jk tidak Jawa sentris seperti presiden sebelumnya yang hanya fokus pembangunan di pulau Jawa saja, namun Jokowi-Jk telah membangun Indonesia Sentris. Jokowi mampu merubah stigma NEGARA JAWA BUKAN NEGARA PANCASILA menjadi NEGARA PANCASILA BUKAN NEGARA JAWA. Ini asli keren Kal. Jokowi bukan lagi on the track, tapi sudah on the right track memimpin Indonesia.
Waaah, ngeri kali pemikiran ente Bang. Kata saya. Memang tukang buku itu keren banget lebih pintar daripada mahasiswa dan profesor. Hahaha...
0 komentar: