Karikatur Jokowi |
Kasihilah tetanggamu–manusia seperti dirimu sendiri–dan negaramu, lebih dari mengasihi dirimu sendiri. (Thomas Jefferson)
Seorangng Presiden pertama negeri Paman Sam Thomas Jefferson pernah difitnah oleh kalangan Kristen ortodoks, konservatif, garis keras, fundamental dan lainnya, sebagai presiden yang tidak adil karena bersimpatik terhadap Islam.
Jefferson sosok pemimpin yang objektif terhadap semua agama, ia dipengaruhi oleh filsuf dari Inggris dalam kebijakan hak-hak sipil (civil rights), ia adalah Jhon Locke yang pernah menulis traktat pada tahun 1689, dengan judul “A Letter Concerning Toleration”. Sebuah surat perjanjian toleransi antar umat beragama.
Traktat itu kalau dalam masa Islam mirip dengan Piagam Madinah atau "Traktat Hudaibiyah" sebuah perjanjian keharmonisan antar ummat beragama, begitu juga Indonesia dengan adanya Pancasila sebagai "Ittifaaq baina al-Naas", dalam terminologi NU Pancasila adalah Mitsaqan Ghalidzan dan dalam terminologi Muhammadiyah Pancasila adalah Daar al-'Ahdi wa al-Syahadah.
Jefferson pun dituduh Kafir dari Kristen dan mempunyai Injil Muhammad (baca: Al-Qur'an). Tuduhan ini berjalan selama puluhan tahun hingga berabad-abad lamanya, memang praktik memfitnah orang dengan cara menghubungkannya dengan Islam sangat umum dilakukan penganut Kristiani di Eropa. Dan praktik ini pun menyeberangi Samudera Atlantik sampai ke daratan Amerika.
Pola seperti ini terulang lagi di negara kita Indonesia, presiden kita yang dikenal sebagai sosok yang dekat dengan Ulama, malah dituduh anti Islam. Berbagai issue negatif menimpanya, entah itu PKI, Syi'ah, anti Islam, antek asing dan cacian lainnya yang tidak enak didengar dan tak patut diucapkan oleh warga negara terhadap simbol negaranya, apalagi jika kata-kata kotor itu keluar dari lisan orang Islam.
Fitnah ini terus berulang-ulang dari mulai masa kampanye tahun 2014 hingga mau masuk ke pilpres 2019. Bisa jadi juga, sebuh pembusukan terhadap partai koalisi pro-pemerintah, seperti muncul wacana PDIP membubarkan pesantren dan tak butuh suara Islam dan lain-lain.
Apalagi publik saat ini diramaikan dengan statement dikotomi ala Amien Rais yaitu Partai Allah vs Partai Setan, politisi macam apa ini, katanya lulusan Chicago, kok statementnya gak berbobot banget.
Jokowi sangat konsisten ingin membangun Indonesia Timur dibuktikan dengan pembangunan infrastruktur yang maksimal. Jokowi ingin pemerataan kepemilikan tanah dengan dibagikannya sertifikat kepada masyarakat dituduh ngibul. Gimana negara ini mau maju Bung, oposisinya saja tukang nyinyir, tidak bisa menawarkan alternatif yang lebih baik.
Saya berpikir, kenapa Jokowi itu sering dihantam oleh issue SARA? dalam benak saya, issue SARA memang issue paling ampuh untuk menjatuhkan rezim atau nama baik seseorang. Banyak sekali contoh negara yang bubar karena issue SARA, apalagi diperkuat dengan jangkauan media sosial yang sudah tak terbatas. Logikanya sekarang gini, gadget saya dan gadget anda hampir 90 % isinya sama, mungkin hanya ada beberapa fitur saja yang berbeda.
Dahsyatnya Cyber itu bisa menggerakkan dan mencuci otak jutaan bahkan milyaran tempurung kepala manusia, apalagi dengan keorisinilitasan otak manusia Indonesia yang kata Gus Dur "Otaknya masih orisinil, karena gak pernah dipakai", didukung oleh rendahnya tingkat literasi masyarakat Indonesia yang rendah dan cenderung menerima kabar di media sosial sebagai kebenaran.
Seringkali kali saya membuka medsos bawaannya darah tinggi terus, dalam benak hati saya "kok goblok ya?". Namun, saya menyikapinya agak santai, karena mungkin tidak ada issue lain selain lagu lama yang dituduhkan ke Jokowi.
That's Right untuk langkah-langkah Pak Jokowi, lebih baik diamkan saja dan fokus kerja, kerja, dan kerja. Usahamu nanti dikenang si Beta dan bangsamu yang selalu bersorak "Horaass!!!" dan "Ewakoo", rakyatmu yang lain juga bangga ketika engkau fokus membangun ribuan sumberdaya.
0 komentar: