Amien Rais |
Seorang Romo Katholik di Lebanon bernama George Jordac menulis buku berjudul "Shautul 'Adalah al-Insaniyah" (di baca: The voice of human justice), diterjemahkan dalam bahasa Indonesia, buku itu berjudul "Suara Keadilan: Ali bin Abi Thalib". Kita jumpai banyak tokoh di Lebanon yang mengapresiasi gerakan spirit revolusi Imam Ali dan Imam Hussain. Salah seorang penyanyi terkemuka bernama Julia Boutrous menulis lagu berjudul 'Aaba Majdaka dan Ahibbaa-i sebuah apresiasi untuk gerakan Hizbullah yang dipimpin oleh Syed Hassan Nasrallah.
Bukan hanya itu, Gerakan Hizbullah di Libanon juga mendapat dukungan kuat dari negara-negara tetangga seperti Suriah, dan Iran. Apalagi masih dalam satu frame "Islam Syi'ah".
Iran dikenal dengan negara yang bangkit dari keterpurukan rezim old Reza Pahlevi. Seorang filsuf besar Prancis Michel Foucault mencatatnya sebagai "Gerakan Sosial Baru", Foucault sangat terkagum-kagum dengan sosok Imam Khomeini dan negara Iran. Bukan hanya Foucault, ada juga Henry Corbin masih filsuf Prancis menulis buku empat jilid dengan judul "En Islam Iranien", karena terkagum-kagum dengan madzhab Syi'ah dan konsep Irfan di Iran.
Sungguh banyak kita mengenal tokoh-tokoh, ilmuan, filsuf, yang terkagum-kagum melihat Iran dan gerakan yang terinspirasi dari revolusi husainiyah. Di Indonesia kita dikenalkan dengan sosok cerdas bapak reformasi bernama Amien Rais.
Syed Hassan Nasrallah |
Amien Rais mendapatkan tantangan dari ayahnya agar menjauhi dan membenci aliran Syi'ah, karena waktu itu the shia sthreat (ancaman Syi'ah digaungkan oleh orde baru dan lawan politiknya Saudi dan Amerika). Pak Amien pun akhirnya penasaran dengan tokoh-tokoh Syi'ah, terutama pemikir Syi'ah sehingga keluarlah buku yang ditulis Pak Amien berjudul "Tugas Cendekiawan Muslim" hasil dari terjemahan bukunya Ali Syari'ati.
Amien kala itu sosok kritis, memahami konsep Rausyan Fikr dan epistemologi yang ditulis oleh Dr. Ali Syari'ati. Ali seorang pembaca Marxis dan pengkritik Marxis. Amien pun harus mengikuti pola berfikir Ali. Tapi, Amien masih mengingat hal itu kah hari ini?
Sah-sah saja Pak Amien mau menerjemahkan Hizbullah itu sebagai gerakan perlawanan terhadap rezim Jokowi yang dalam tesisnya terkumpul di lingkaran setan (Hizbusy Syaithan). Namun, pernyataan ini menuai reaksi dari pelbagai elemen masyarakat, khususnya partai koalisi rezim pemerintahan masa kini.
Dalam konteks ini Pak Amien seharusnya mengedepankan Politik kebangsaan, ittihadul ummah yang sering Pak Amien lontarkan dengan istilah "Tauhid al-Ummah", bukan malah membuat pernyataan yang kontroversial Devide et Impera. Level Pak Amien harus satu level dengan Gus Dur, Cak Nur, KH. Ma'ruf Amin, Buya Syafi'i yang selalu mencerdaskan ummat, bukan bikin gaduh situasi.
Sekiranya Pak Amien harus membuka lagi buku-buku yang dulu ia baca, dan belajar dari gerakan Hizbullah Syed Hassan Nasrallah sebagai gerakan Muqawamah (baca: gerakan perlawanan) terhadap ketertindasan dan gerakan muwahhidah (ke-tauhidan) untuk menjaga persatuan ummat. That's Right, Pak Amien!.
0 komentar: