Nampak foto Presiden Joko Widodo bersama para Ulama |
Sejak organisasi ini beralih nama dari GNPF MUI jadi GNPF Ulama, saya sudah feeling bahwa Ketua MUI bakal dihajar juga oleh mereka di satu momentum. Alhasil, Kiai Ma'ruf diserang habis lantaran memberi maaf pada Sukmawati dengan berbagai tudingan dan opini negatif. Diantaranya;
- "Ini Kiai udah tua masih ngurus fulitik aja. Udah bau tanah apa nggak inget mati yaaaa?". Saya bantu jawab yaaa. Akhi fillah, politik Kiai itu politik kebangsaan dan politik keumatan. Justru kami amat sangat bersyukur bahwa betapa pun usia beliau sudah sepuh, beliau masih mau keliling untuk urusan umat. Nabi Muhammad sudah kasih contoh kok, hingga sebelum menghembuskan nafas terakhir, yang terucap dari lisannya adalah Ummatii, Ummatii, Ummatii, Umatku. Kiai Ma'ruf Amin, Kiai Maemun Zubair, Tuan Guru Turmudzi NTB, dll masih mau keliling di usia tua, semata-mata untuk menjaga bangsa ini agar tak mudah dicabik-cabik oleh perpecahan.
- "Kiai kok keluar masuk istana. Jelas banget Kiai bayaran. Nerima maaf Sukamawati terima berapa duit tuh!". Hmmmmmm. Akhi, kalau nggak paham ijtihad politik Ahlussunah, ada baiknya antum bertanya sebelum terlampau tolol berkomentar. Antum kira beliau bergerak ga pake landasan gitu? Untuk antum yang baru belajar mengaji bertahap dari iqro`, agak pandai dikit paling hafal juz 'amma, atau naik dikit hafal surah ar rahman buat modal ngelamar ukhti-ukhtinya, keep silent dulu deh. Kiai Ma'ruf Amin yang kalian hina itu, Faqiiih minal Fuqahaa, 'Aliim minal 'Ulamaa. Per hari ini, beliau menjabat sebagai simbol supremasi tertinggi organisasi Ulama; Ketua Umum MUI dan Rais Suriyah Nahdhatul Ulama. Beliau didoakan oleh para Ulama, para Kiai, para Tuan Guru, dan para Buya.
- "Kiai kok salaman sama yang bukan muhrim. Ini Kiai ga belajar Fikih kali yaaaa". Wkwkwk inilah repotnya kalau belajar fikih kelewat instan, dan gak pernah ngaji Ushul Fikih. Dalam Ushul Fikih ada yang dinamakan "Illat", atau sabab disimpulkannya satu hukum. 'illat larangan bersalaman dengan lawan jenis adalah nafsu. Kiai Ma'ruf sudah sepuh, Sukmawati juga sudah berumur. Masa iya antum mau permasalahin urusan jabat tangan? Otakmu yang masih terjebak urusan selangkangan, lebih baik disekolahin dulu. Sebelum kasih judgement norak semacam ini.
Akhirnya, siapa pun antum, entah GNPF kah, atau alumni 212, atau Muslim Cyber Army, atau Front Pembela Agama kah, WE STAND FOR OUR ULAMA. Kami pasang badan untuk menjaga marwah guru kami.
DEMI ALLAH, kami menulis dan bicara karena kami nggak rela opini umat digiring oleh segelintir manusia bermental robot budak politik.
Percuma para ikhwan shalat dengan menggulung celana, dan akhwatnya pake hijab selebar mukena, kalau ucap dan lakunya tak punya akhlak pada Ulama.
*Khairi Fu'ady (Intelektual Muda NU)
0 komentar: