Thursday, April 19, 2018

BUMI PASUNDAN DAN SENYUMAN TUHAN

Laudya Chintya Bella


Saya memang orang yang baru pertama kali melihat sebuah tulisan di dekat Gedung Konferensi Asia Afrika di Bandung, tulisan itu mengatakan “Bumi Pasundan Lahir Ketika Tuhan Sedang Tersenyum” di bawahnya dituliskan M.A.W Brouwer

Saya memang orang Pasundan, tapi bukan orang Bandung, saya asli Pangandaran. Saya sangat kaget, soalnya pas waktu itu sekitar tanggal 19 Mei 2015, saya sowan (silaturrahim) ke rumahnya DPR RI Bandung yaitu Dr. KH. Jalaluddin Rakhmat MS.c bersama senior saya di PMII PC. Ciputat namanya Mas Dinno Munfaizin Imamah akrab dengan panggilan Dinno Brasco (Intelektual Muda NU). Mas Dinno dulunya santri di PP. Al-Muthahhari, Kiara Condong, Bandung yang dipimpin oleh Kang Jalal (Ketua Dewan Syura IJABI), sesampai di sana saya ikut pengajian rutinan mingguan di Mesjidnya Kang Jalal bersama masyarakat kebetulan waktu itu lagi momen-momennya Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad Saw. Pada waktu itu yang ngisi pengajiannya adalah Kang Miftah (Putera Kang Jalal) di putaran pertama, dan dilanjutkan oleh Kang Jalal diputaran kedua. Selesai sudah pengajian, saya langsung ke rumahnya Kang Jalal karena memang pada waktu itu Mas Dinno mempunyai hajat Nikah di tanggal 26-Mei-2015, sambil silaturrahim ke rumah Kang Jalal sekalian berniat juga untuk mengundang beliau di acara pernikahannya.

Usai silaturrahim, saya diajak Mas Dinno dkk, jalan-jalan keliling Bandung, karena jujur saya jarang sekali main ke Bandung. Dari sekian banyak tempat yang dikunjungi, ada sebuah tempat yang bikin saya kaget dan merinding, yaitu Gedung KAA (Konferensi Asia Afrika), di tengah perjalan dari gedung KAA menuju Mesjid Agung Raya Bandung, saya melihat ada tulisan simpel di dinding tembok yang bertuliskan; “Bumi Pasundan Lahir Ketika Tuhan Sedang Tersenyum”. Saya sebagai Urang Sunda kaget dong., hehehe. Tapi dengan refleks muncul dalam benak pikiran saya tentang Sunda, karena sebelum-sebelumnya saya pernah membaca secara general tentang Sunda baik dalam budaya, kepercayaan, kearifan lokal, dan keindahan panorama alam Pasundan.

Memang sih, banyak sekali orang yang menganggap bahwasannya Mojang Parahyangan (Gadis-gadis Sunda) itu cakep-cakep, bahkan ada yang mengatakan paling cantik ke-2 se-Asia setelah Korea dan Jepang, ini bukan hal mustahil dong.! Pengalaman saya bertemu dengan orang-orang di luar tanah Pasundan, memang banyak yang mengakui kemasyhuran cantiknya Mojang Parahyangan. Sudahlah, urusan cewek belakangan aja,.. Saya masih Jomblo soalnya. Hehehe.

Menyinggung tulisan M.A.W Brouwer tadi saya jadi ingat bacaan saya tentang Sunda yang membahas Bumi Parahyangan, kenapa namanya Parahyangan?. Parahyangan berarti Bumi Para Dewa, yang mana dalam Ajar Pikukuh Sunda, Dewa berarti Manusia Cahaya (Bathara Guru), istilah lainnya Hermes/Nabi (Penyampai Pesan Tuhan). Bisa jadi, Nabi-nabi yang tidak tercatatkan dalam al-Qur’an berada di tatar Pasundan, karena kata Parahyangan mengidentikan bahwasannya banyaknya para Dewa di sana, tidak mungkin dong kata Parahyangan ini muncul hanya belakangan ini, justeru ini adalah sebuah warisan budaya yang adiluhung dan agung atas terciptanya kearifan lokal yang bermuara pada kearifan ilahi, dan inilah yang dialami dan dikaji oleh seorang pakar psikologi dan budaya M.A.W Brouwer.

Saya kira, tanah Priangan ini tercipta ketika para dewa tersenyum dan mencurahkan semua berkah dan restunya untuk tatar Pasundan. Dengan keindahan panorama alam di berbagai daerah di Tatar Sunda ini menandakan rahmat kasih sayang Tuhan yang melimpah bagi ummat manusia. Bukan hanya terkenal, indahnya panorama alam, dan mojang-mojangnya kok,! Orang Sunda juga terkenal dengan keindahan Akhlak dan budi pekertinya, seperti someah ka tamu (menghormati tamu), dll. Karena, dalam filosofi kehidupan orang Sunda banya istilah-istilah seperti “Silih asah, silih asuh”, “Sareundeuk, saigel, sapihandean”, “Hormat ka saluhuren, nyaah ka sahandapeun, silih ajenan ka sasama”, dan banyak lagi bahasa-bahasa yang mengandung filosofi nilai genetik kepribadian orang Sunda. Hayu urang Sunda kudu inget kana Purwadaksi.!!!
Share This
Previous Post
Next Post

Alumni Pondok Pesantren Baitul Hikmah Haurkuning Salopa Tasikmalaya. Darussunnah International Institute for Hadith Science, Sosiologi FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Aktivis Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII).

0 komentar: