Sunday, August 6, 2017

HAKIKAT FILOSOFI SESAJEN


Sudah saya bahas di artikel sebelumnya yang berjudul “Sesajen Adalah Ayat Kauniyah Allah” di artikel sebelumnya itu dikatakan bahwasannya Sesajen berasal dari kata “Su-Astra Aji Ra Hayu ning RatPangruwat ing Diyu” yang artinya adalah ilmu pengetahuan yang harus dimengerti dan dipahami, agar menjadi penerang, selamat dan sejahtera, bagi jagat semesta kehidupan, untuk memunahkan kebodohan, atau sebuah sastra tulisan karya yang maha kuasa (Sang Hyang Kersa), yang harus dimengerti dan dipahami agar menjadi penerang, selamat dan sejahtera, bagi kehidupan di jagat raya, agar terhindar dari kebodohan.
Jika sahabat-sahabat bertanya, kenapa sih Sesajen sering dijadikan ritual penyembahan terhadap roh-roh leluhur, atau penyembahan-penyembahan terhadap patung-patung, atau pohon-pohon gede yang sifatnya mistis?.
Perlu kita ketahui, bahwa Sesajen hanya sebuah simbol, dan dengan simbol-simbol itu manusia mengerti dengan adanya Tuhan Yang Maha Esa, ibaratnya Sesajen hanya sebuah wasilah (perantara), dengan simbol-simbol atau silib siloka dengan meminjam hasil karya sastra Tuhan yang dirasa dan dicipta oleh manusia dalam bentuk makanan, minuman, bunga, wewangian (kemenyan), dll, yang mengandung nilai filosofi yang tinggi.
Apa saja sih isi dari Sesajen itu?
Isi dari sesajen itu biasanya beranekaragam dan di setiap daerah mempunyai ciri khasnya sendiri, namun inti sari sesajen itu sendiri adalah semua hasil karya sastra Tuhan. Saya hanya bisa memberikan gambaran Sesajen di masyarakat penganut Ajar Pikukuh Sunda, karena menurut saya Sunda sangat cocok dijadikan barometer atau sumber dari Sesajen tersebut. Masyarakat Sunda sendiri sudah lebih mengenal yang namanya, Sang Hyang Kersa, Sang Hyang Tunggal, Sang Hyang Patanjala, Sang Hyang Manik Maya, Sang Guru Hyang, Da Hyang Su Umbi dll, oleh karena itu, dikenal lah tatar Pasundan dengan sebutan Tanah Parahyangan (Negeri Para Dewa).
Ada beberapa kandungan atau komposisi dari Sesajen itu sendiri di antaranya;
  1. Anglo
Anglo adalah sebuah wadah untuk menyimpan bara Api yang terbuat dari tanah merah atau tanah liat, dan pembuatan Anglo ini terdiri dari epat unsur yaitu; tanah, api, air, dan angin, dan ini melambangkan raga tubuh manusia, perbedaannya hanya jika manusia diberi ruh oleh yang Maha Kuasa sedangkan Anglo tidak diberi ruh.
  1. Rujak
Rujak atau rujakan, seperti kita ketahui rujak adalah makanan khas Indonesia yang terdiri dari beberapa bumbu dapur seperti, cabe, gula, garam dll, untuk menjadi bumbu buah-buahan yang akan kita rujak. Rujak menjadi sebuah simbol dari kehidupan manusia yang penuh dengan berbagai dinamika kehidupan, ada sedih, senang, riya, gembira, kekecewaan dsb.
  1. Air Minum
Air minum dalam sesajen biasanya ada tiga macam, yaitu; Air bening, air teh manis/pahit, air kopi manis/pahit. Pertama, Air bening menandakan bahwasannya manusia setelah lahir (keluar dari rahim ibu) adalah manusia yang suci dan belum mengenal apa-apa, seperti dalam sebuah hadits Rasulullah Saw. Kullu Mauludin Yuuladu ‘Ala al-Fithrah (setiap bayi yang dilahirkan pasti dalam keadaan suci). Kedua, Air teh pahit/manis, yaitu melambangkan ketika manusia menginjak dewasa, manusia ditimpa oleh berbagai kehidupan, namun kita harus melihat filosofinya bagaimana Teh itu, Tumbuhan Teh itu hidup berkelompok, ia ditimpa oleh panas, dingin, hujan, disinari matahari dll, tapi yang diambil bukan buahnya (karena Teh tak berbuah), tapi yang diambil adalah daun pucuk mudanya, lalu setelah itu ia dirajang, dipanaskan, dan menjadi kering, lalu ketika ia akan disajikan cukup dengan diseduh dengan Air Panas (dan tidak perlu mendidih), maka air itu mulai berwarna tapi masih bening, dan kemudian Teh itu akan turun dan di situ kita akan melihat lembaran-lembaran daun Teh yang kering, ini menunjukan bahwa ilmu pengetahuan kita belum sampai mana-mana, tapi sudah mulai terwarnai. Ketiga, Air Kopi pahit/manis pada prinsipnya dia sama dengan Teh, tapi disini menunjukan bahwa ketika kita sudah menjadi orang tua yang telah melewati pengalaman hidup yang panjang, mengalami berbagai rintangan, cobaan, kebahagiaan, dan pada intinya telah mengalami bebagai rasa dalam kehidupan, sehingga melahirkan sebuah ilmu yang luas, dan sudah sewajarnya orang yang sudah dewasa sudah sewajarnya untuk menjadi manusia yang bijaksana, karena pengetahuan dari yang dialaminya tadi. Filosofi kopi, tumbuhan kopi itu hidup dalam satu wilayah yang mana dia harus bercampur baur dengan keluarga tumbuhan-tumbuhan lainnya, kemudian Kopi adalah tanaman yang berbuah, jadi yang diambil adalah buahnya bukan daunnya seperti Teh. Pohon kopi yang sudah ditimpa sedemikian rupa, oleh hujan, panas, angin dll, hingga dia melahirkan buah kopi yang masak, kemudian dipetik, dikupas, dipanaskan, disangray sampai hangus, ditumbuk sehingga menjadi serbuk yang sudah tidak terlihat lagi bentuk kopinya, dan ketika akan diseduh ia harus menggunakan air yang mendidih beda halnya dengan Teh yang cukup dengan air panas saja, lalu dikocek setelah dikocek airnya pun keruh tapi lama kelamaan serbuk (dedek)kopinya itu turun secara tenang dan perlahan-lahan, maka terpisahlah serbuk kopi yang tak berbentuk kopi lagi dengan bagian airnya. Hal ini merupakan sebuah siloka atau perlambangan dari manusia yang sudah mengalami proses kehidupan yang beragam, berbagai rasa dalam hidupnya, hitam kopi di sini bukan berarti gelap, tapi melainkan menjadi manusia yang berilmu pengetahuan. Namun demikian makna dari ketiga jenis air ini pun bisa dibaca terbalik, artinya ketika manusia setelah mengalami tiga tahapan tadi, sudah mempunyai ilmu pengetahuan tadi, harus mampu merubah kembali sesuatu yang rumit disederhanakan kembali, dan mampu menjerihkan pola pikirnya, menjernihkan hatinya dan perilakunya, sehingga menjadi sosok yang mulia penuh kejujujuran.
  1. Telur Ayam Kampung
Telur ayam kampung maknanya adalah bahwa kita tidak boleh melupakan masa lalu kita, kita tidak boleh melupakan cikal bakal kita, kita berasal dari bapak dan ibu kita, orang tua kita berasal dari nenek kita, nenek kita berasal dari buyut kita, dan seterusnya. Telur ayam kampung itu sebenarnya menitahkan (mengajarkan) agar kita tidak lupa terhadap kampung halaman kita, dan leluhur kita. Tapi di sisi lain telur ayam kampung ini melambangkan, sebuah proses awal dari kejadian kehidupan bahkan awal penciptaan bumi, di dalam cerita pawayangan disebutkan, bagaimana Sang Hyang Tunggal melahirkan tiga anak yaitu; Sang Hyang Tejamaya, Sang Hyang Ismaya, Sang Hyang Manikmaya. Sang Hyang Tejamaya di ibaratkan dengan kulit telur yaitu segala tersinari oleh Matahahari, Sang Hyang Ismaya diibaratkan dengan putih telur yaitu lapisan bumi di mana semua makhluk hidup ada di situ, Sang Hyang Manikmaya diibaratkan dengan kuning telur yaitu Magma yang ada di perut bumi.
  1. Beras
Beras maknanya adalah bahwasannya kita sebagai manusia harus bisa memberikan kemakmuran dan kesejahteraan, kepada lingkungan sekitar kita. Pada dasarnya manusia bukan makhluk individual melainkan makhluk sosial (zoon politicon).
  1. Pisang Manggala dan Pisang Emas
Pisang kedua-duanya berkulit kuning dan isinya sangatlah lembut, leluhur kita mengingatkan bahwa kita harus tetap menjaga kelembutan hati kita dengan kemuliaan, lalu kita harus menjadi orang yang senantiasa menjaga perasaan orang lain. Filosofi Pisang Manggala, “Mang” itu artinya (yang memulai) atau Timur, jadi artinya awal dari kehidupan, Gala itu artinya (agung), jadi di sini kita diingatkan agar selalu menjadi orang yang senantiasa menunggu pencerahan (Renainsains), selalu menantikan ilmu pengetahuan. Kemudian Pisang Emas, artinya kita harus betul-betul menjadi manusia yang berbudi pekerti yang bungkus dengan kemulyaan, dan warna kuning pisang ini atau warna emas ini sering di sebut dengan “Ah” artinya Barat, jadi kalau dirangkaikan antara Pisang Manggala dan Pisang Emas itu artinya dari awal kehidupan hingga akhir kehidupan kita memiliki tugas agar tetap menjaga perilaku yang berbudi, harus halus perasaan kita, harus lembut perasaan kita, dan harus membungkusnya dengan kemuliaan. Prinsip dari pohon pisang sendiri, bahwasannya pohon pisang adalah sebuah pohon yang sulit untuk dimatikan, setelah ditebang tumbuh lagi dan seterusnya, artinya dalam sebuah keluarga akan selalu turun temurun, ajaran ini tidak akan hilang, dimana dia mati yang besarnya diangkat dan menjadi tunas-tunas yang baru. Yang unik adalah pertumbuhan buah pisang ini selalu diawali dengan jantung, jadi segala sesuatu itu kehidupan manusia harus diawali dengan detak jantungnya, ini sama prinsipnya seperti manusia masih ada di dalam  kandungan, menurut Sains proses pembentukan manusia itu diawali dari munculnya detak jantung. Kemudian setelah itu muncullah kehidupan yang lain, yang dilambangkan dengan pisang yang berurutan dan berkumpulan (sikatan), kemudian kalau diterjemahkan secara luas bahwa kita diingatkan detak jantung kehidupan pertama di muka bumi ini yang melahirkan segala bangsa terutama peradabannya adalah bangsa kita.
  1. Pelita
Pelita yang bahan bakarnya adalah minyak kelapa, maknanya adalah bahwa saripati kehidupan kita harus dapat menjadi penerang baik bagi diri sendiri atau untuk masyarakat dan orang lain.
  1. Kujang dan Kelapa
Kujang yang menancap di buah kelapa, di sini kita diingatkan agar kita senantiasa menjadi manusia cahaya atau manusia yang berwatak kedewaan, bedanya kita tidak diminta menjadi dewa yang berwatak kemanusiaan, melainkan kita diciptakan menjadi manusia yang berwatak kedewaan, Kujang adalah gambaran dari sayap dalam artian manusia bersayap yang turun dari atas untuk membawa pencerahan. Kemudian Kelapa dalam bahasa masyarakat Jawa Barat adalah Kalapa, Kala artinya Waktu dan Pa artinya Ruang. Maka jika diartikan Kalapa dan Kujang tadi, kita diingatkan harus menjadi manusia berwatak dewa.
  1. Cermin
Cermin maknanya adalah bahwa kita harus menjadi manusia yang pandai mengevaluasi atau mengintrospeksi diri.
  1. Sisir
Sisir melambangkan bahwa pemikiran kita harus lurus, kita harus bisa menata daya pikir kita, daya cipta kita.
  1. Batik Bercorak Garuda
Batik adalah kebudayaan kita, di sini diingatkan kita jangan sampai melupakan budaya kita. Batik jika kita balikkan katanya maka akan menjadi Kitab.
  1. Minya Wangi
Minyak Wangi menandakan bahwa kita harus menjadi manusia yang memberikan dan membagikan kewangian/keharuman kemana-mana. Jika kita maknai lebih dalam, contoh; ketika kita berbuat kebaikan, maka nama kita yang wangi bahkan keluarga kita, tidak hanya keluarga sebenarnya namun bangsa juga bisa, jiga bangsa kita wangi maka bangsa kita akan harum namanya di mata dunia.
  1. Pohon Hanjuang
Dalam pepatah Masyaraka Jawa Barat “Tunda alaeun carita pakkeun nu neang” artinya adalah tempat menyimpan dan mengambil cerita bagi siapapun yang mencarinya, ajaran tentang bagaimana manusia hidup di muka bumi ini secara berada.
  1. Seperangkat Alat Seupah
Biasanya kalau liat nenek-nenek bibir sama giginya merah sambil ngunyah daun sirih nah itu sering ada dalam sesajen, maknanya adalah perlambangan dari eratnya hubungan kekeluargaan baik itu dalam keluarga kecil maupun besar. Daun Sirih maknanya adalah kasih sayang, jika kita dalam sebuah keluarga atau keluarga yang besar (negara) mempunyai berbagai masalah, maka masalah itu kita kumpulkan dan kita bungkus dengan Daun Sirih atau kasih sayang, dan kita selesaikan dengan secara kekeluargaan (ikatan darah). Yang lebih menarik jika sepah itu dikunyah maka mengeluarkan warna merah dibibir, ini menandakan bahwa segala masalah mari kita selesaikan dengan cara gotong royong (kekeluargaan) atau didasari berdasarkan ikatan darah, namun ada makna yang tebalik jika sebuah masalah tidak diselesaikan tidak dengan cara kekeluargaan maka akan menimbulkan pertumpahan darah.
  1. Garam
Garam melambangkan bahwa kita harus menjadi orang yang jujur, kita harus mampu menjadi manusia yang selalu belajar selalu mendapatkan kemampuan untuk mencari ilmu dari dalamnya samudra dan dari luasnya lautan, disaripatikan jadi garam, karena dengan ilmu pengetahuan inilah kita mempunyai kemampuan, keberanian, untuk membicarakan kebenaran, dan garam mengingatkan bahwa negeri kita adalah negeri maritim.
  1. Gula Kawung (aren)
Prinsipnya sama seperti garam tadi, namun perbedaannya jika garam menyimbolkan negeri kita sebagai negeri maritim, sedangkan Gula menyimbolkan bahwa negeri kita juga bukan hanya maritim tetapi negeri kita juga adalah negeri agraris/agraria, artinya kita diingatkan yang mampu menjadi manusia yang bisa mengambil saripati ilmu pengetahuan dari daratan sepereti pegunungan dll. Jika dipadukan antara gula dan garam maka kita adalah sebagai manusia yang haus dengan ilmu pengetahuan.
  1. Hahampangan
Hahampangan sejenis kerupuk yang terbuat dari Aci, ini melambangkan setelah kita mendapatkan ilmu pengetahuan, hidup kita pun terasa ringan tidak berat, karena mempunyai atau membawa ilmu pengetahuan itu sama sekali tidak berat.
  1. Cerutu
Cerutu ini melambangkan ucapan atau sabda ajar dari para leluhur yang mengandung pola makna berlapis, seperti halnya kita lihat cerutu itu yang menggulung dan berlapis-lapis. Maksudnya adalah kita harus berhati-hati melihat/mengkaji yang ada dalam kehidupat kita, jangan tergesa-gesa. Jika kita lihat cerutu itu berasal dari Tembakau yang tumbuh di pegunungan (dataran tinggi), ini menandakan bahwa ajaran leluhur kita adalah ajaran yang adiluhung.
  1. Boeh Larang
Boeh Larang itu kain suci untuk menyimpan sesajen, ini melambangkan bahwa pembacaan sesajen (segala kehidupan) harus diniatkan dengan hati yang bersih, pikiran yang bersih, jiwa yang suci, maka ilmu pengetahuan pun akan mudah masuk ke dalam otak kita.
  1. Kembang Sataman
Bunga-bunga yang tersimpan dalam sebuah bokor, kira-kira ada tujuh rupa jenis bunga, ini melambangkan bahwa kita sebagai manusia ketika melaksanakan ilmu pengetahuan itu, kita selalu ditunggu-tunggu dalam kesehariannya dan membawa kabar gembira. Tujuh rupa dalam artian tujuh hari sehingga setiap hari kita ditunggu-tunggu untuk memberikan ilmu pengetahuan kepada masyarakat, sehingga menjadi ilmu yang berkembang, sebagaimana Para Nabi seperti Muhammad Saw adalah seorang pembawa kabar gembira.
Kiranya dari saya seperti itu, mudah-mudahan dapat meluruskan apa tentang stigma negatif terhadap sesajen, bahwa dikatakan sesajen adalah makanan Jin, Syetan dan para leluhur, saya di sini melihat secara obyektif.
Share This
Previous Post
Next Post

Alumni Pondok Pesantren Baitul Hikmah Haurkuning Salopa Tasikmalaya. Darussunnah International Institute for Hadith Science, Sosiologi FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Aktivis Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII).

0 komentar: