Terlepas dari perselisihan antara NU dan Muhammadiyah namun saya sangat mencintai mahabbah tingkat tinggi kepada Buya.
Kata orang Muhammadiyah, orang NU Ahlu al-Bida', Churafat, dan Tahayyul mandeg dalam berfikir, NU kurang maju kurang menerima modernitas.
Kata orang NU, justru Muhammadiyah yang mandeg Jumud, sepintar apapun, gelar apapun yang disandangnya Muhammadiyah selalu mandeg dan patuh terhadap majelis tarjih Muhammadiyah dan tak pernah mengkritisinya.
Hamka dipenjara.
Suatu hari HAMKA di penjara. Dinaikkan kaki ke meja sambil menunjuk dengan telunjuk hina, Buya Hamka duduk; Hai HAMKA penghianat Negara, kau mau jual NKRI ke Malaysia.
Terlintas dalam pikiran Buya Hamka, pisau gillate di tepi penjara. Ambil saja pisau itu Hamka, kau sudah tidak punya harga diri lagi, tak ada gunanya kau hidup, di Maninjau kau bergelar Datok di al-Azhar kau bergelar Doktor Dr.(H.C).
Terlintas dalam pikiran Buya Hamka, pisau gillate di tepi penjara. Ambil saja pisau itu Hamka, kau sudah tidak punya harga diri lagi, tak ada gunanya kau hidup, di Maninjau kau bergelar Datok di al-Azhar kau bergelar Doktor Dr.(H.C).
Selama empat tahun beliau dipenjara, akhirnya jatuh sakit, beliau diantar ke rumah sakit Persahabatan hadiah dari negara Rusia untuk Indonesia waktu itu. Setelah itu Buya sembuh, PKI tumbang NKRI masih tegak, Buya masih tetap berdakwah dan membina ummat.
Pada suatu hari ketika Hamka duduk di depan rumahnya datang secarik kertas diantarkan oleh anak buah dari seorang yang memenjarakan Hamka. Surat itu menuliskan; "Jika saya mati, tolong yang mensholatkan jenazah saya adalah Hamka". Akhirnya, orang yang memenjarakan Hamka itu mati, dan Hamka mau menyolatkan jenazah orang yang telah menyiksanya selama empat tahun. Lunaknya hati Hamka.
Difitnah Pramoedya Anantatoer.
Kala itu Hamka difitnah tersebar beritanya di seluruh Indonesia bahwa dia Plagiator, tertulis di majalah harian Lekra (Majalah PKI) bahwa novelnya itu menjiplak dari al-Manfaluki sastrawan Mesir. Buya sama sekali tak melawan. Akhirnya isu itu hilang, PKI tumbang, NKRI tetap tegak. Tak lama, datang seorang wanita bermata sipit, dan seorang lelaki suaminya yang muallaf.
Assalamualaikum
Waalaikum salam. Siapa kamu, dan mau apa?
Saya ke sini mau minta diajarkan Islam, saya diperintahkan ayah saya untuk belajar Islam kepada Buya.
Siapa ayahmu?
Ayahku, Pramoedya Anantatoer
Lantas diajarkan lah ngaji anak dan menantunya Pramoedya itu sampai paham Islam. Betapa Lunaknya hati Hamka.
Pesan ini adalah; Laa Taghdlab wa laka al-Jannah (janganlah engkau marah, maka bagimu adalah surga)
x
0 komentar: