Saturday, June 16, 2018

TRANSENDENSI IDUL FITRI


Sang khatib berdiri di sebuah mimbar, tidak untuk deklarasi Khilafah Islamiyyah. Khatib hanya memberikan pesan kepada para jama'ah yang khidmat menyimak pesan-pesan ruhaniyah.

Dalam khutbahnya, khatib berpesan;
كل شيئ زكاة، فإن زكاة الجسد الصوم
Setiap sesuatu ada yang harus dibersihkan (dizakatkan), maka sesungguhnya zakatnya jasad adalah berpuasa.

Orang yang melakukan pembersihan diri tentunya syarat kebahagiaan untuknya, dalam Al-Qur'an dijelaskan:
 قد أفلح من تزكّى
Sungguh telah meraih kemenangan orang yang membersihkan dirinya.

Benar apa yang dikatakan Imam Ali Kw; "Idul Fitri adalah hari yang paling mirip dengan hari kiamat. Pada hari kiamat, orang-orang yang merugi akan menyesal dan murka, sementara orang-orang yang beruntung akan memperoleh kemenangan dan tenggelam dalam nikmat Ilahi."

Oleh karenanya berpuasa adalah لعلكم تتقون supaya kalian bertaqwa, dalam lafal ini Allah menggunakan istilah bentuk فعل مضارع yang mengandung makna حال (sekarang) dan إستقبال (masa yang akan datang) atau kontinuitas berkelanjutan.

Tentunya takwa itu bukan hanya pada detik itu saja, tetapi taqwa itu selamanya. Maka di Yaumil Qiyamah nanti engkau akan menuai hasil dari ketaqwaan engkau sendiri. 'amalunaa 'amaalukum (amalku ya amalku, amalmu ya amalmu).
Share This
Previous Post
Next Post

Alumni Pondok Pesantren Baitul Hikmah Haurkuning Salopa Tasikmalaya. Darussunnah International Institute for Hadith Science, Sosiologi FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Aktivis Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII).

0 komentar: