Sunday, April 15, 2018

HUMOR GUS DUR (2)

Gus Dur tertawa



Gus Dur dikenal sebagain Ulama, politisi, intelektual, dan pelawak. Bagi nahdliyyin lawakan adalah cara mencerdaskan otak, karena lawakan atau komedi adalah hasil dari imajinasi pikiran kita. Gus Dur salah satu tokoh NU yang lawakannya cerdas dan bikin otak fresh, ini menandakan IQ Gus Dur yang di atas rata-rata.

Ini adalah humor Gus Dur bagian 2:

Ajudan TNI AL Tak Bisa Berenang

Presiden Abdurrahman Wahid alias Gus Dur bercerita asistennya yang bertugas di Istana Negara berlatarbelakang anggota TNI Angkatan Laut. Namun, belakangan diketahui ia tidak bisa berenang.

Dia sering digoda dan diusili oleh para ajudan Presiden. Ada saja keusilan yang membuatnya kebat-kebit dag-dug-dug di hadapan Gus Dur. Teman-temannya pun makin senang mengerjainya.

"Lapor Pak Presiden, ini lho ajudan bapak, masak TNI Angkatan Laut kok nggak bisa berenang?" kata mereka pada Gus Dur.

Otomatis saja, ajudan TNI AL tersebut langsung tegang, melotot, tak menyangka bila ada yang bertindak nekat lapor hal-hal sensitif

Namun Presiden Gus Dur malah merespons dengan nada datar-datar saja. Gus Dur menjawab, "Lha itu, ada dari Angkatan Udara juga nggak bisa terbang kok!"

Dan orang-orang yang ada di sekitar Gus Dur tertawa terbahak-bahak dengan cerita itu.


Para Jenderal Orde Baru Takut Istri

Gus Dur selalu punya kisah humor lucu. Menurutnya, para jenderal di Orde Baru terbagi dalam dua kelompok. Pertama jenderal yang takut istri, kedua jenderal yang tidak takut istri.

Nah, dalam setiap pertemuan mereka selalu memisahkan diri. Jenderal yang takut istri berada di sebelah kiri ruangan. Sementara jenderal yang tidak takut istri berada di kanan.

Suatu ketika dalam suatu pertemuan ada seorang jenderal yang mestinya tergabung dalam kelompok jenderal takut istri duduk bersama kelompok jenderal yang tidak takut istri.

Teman-temannya, para jenderal yang takut istri protes. "Eh kenapa kamu duduknya di situ bareng jenderal yang tidak takut istri? Memangnya sekarang kamu sudah berani sama istrimu?"

Kata si jenderal, "Wah nggak tahu deh. Saya disuruh istri saya duduk di sini! Ya saya duduk saja."


Buto Cakil Pembayar Demonstran

Punakawan selalu digambarkan sebagai kesatria. Musuhnya jelek-jelek semua, misalnya Buto Cakil. Punakawan sering diculik, dibawa berpindah dari satu tempat ke tempat lain.

Tapi menurut Ki Tedjo, sekarang semuanya serba tak jelas. Prilaku kesatria pun tak jelas, yang jadi Punakawan pun tak jelas, yang disebut istana pun tak jelas.

Sebab saat ini masih banyak istana, ada yang di Cendana, ada yang di sana, pokoknya di mana-mana.
"Supaya rakyat tentram, mbok ya (para elite politik) itu kalau berantem caranya yang cerdaslah. Rakyat seperti kita ini kan juga perlu tahu, bukan begitu Gus?"

"Sebelum tahu istananya, harus tahu dulu siapa demonstrannya," jawab Gus Dur.

"Ya, sebelum tahu demonstrannya, harus tahu dulu siapa yang membayarnya".

Tanya Ki Tedjo: "Yang membayar para demonstran, siapa Gus?"

"Buto Cakil..." jelas Gus Dur.

Uang Lebih Penting

Suatu hari, Gus Dur bercerita bahwa ada seorang anggota ABRI berpangkat kopral berpakaian preman tengah berjalan sendirian di jalan gelap dan sepi.

Tiba-tiba ia dicegatoleh dua orang pria berpistol, "saya tidak main-main, " kata salah satu pria sambil mengancam. "Serahkan uangmu atau otakmu dibuat berhamburan."

"Tembak saja dan buat otak saya berhamburan," sambut si kopral tenang.

"Sebagai anggota ABRI, saya tidak memerlukan otak; saya lebih butuh uang untuk hidup."


Share This
Previous Post
Next Post

Alumni Pondok Pesantren Baitul Hikmah Haurkuning Salopa Tasikmalaya. Darussunnah International Institute for Hadith Science, Sosiologi FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Aktivis Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII).

0 komentar: