Gus Dur tertawa |
Gus Dur dikenal sebagain Ulama, politisi,
intelektual, dan pelawak. Bagi nahdliyyin lawakan adalah cara mencerdaskan
otak, karena lawakan atau komedi adalah hasil dari imajinasi pikiran kita. Gus Dur
salah satu tokoh NU yang lawakannya cerdas dan bikin otak fresh, ini menandakan
IQ Gus Dur yang di atas rata-rata.
Ini adalah humor Gus Dur bagian 2:
Ajudan TNI AL Tak Bisa Berenang
Presiden Abdurrahman Wahid alias Gus Dur bercerita
asistennya yang bertugas di Istana Negara berlatarbelakang anggota TNI Angkatan
Laut. Namun, belakangan diketahui ia tidak bisa berenang.
Dia sering digoda dan diusili oleh para ajudan Presiden. Ada saja keusilan yang
membuatnya kebat-kebit dag-dug-dug di hadapan Gus Dur. Teman-temannya pun makin
senang mengerjainya.
"Lapor Pak Presiden, ini lho ajudan bapak, masak TNI Angkatan Laut kok
nggak bisa berenang?" kata mereka pada Gus Dur.
Otomatis saja, ajudan TNI AL tersebut langsung tegang, melotot, tak menyangka
bila ada yang bertindak nekat lapor hal-hal sensitif
Namun Presiden Gus Dur malah merespons dengan nada datar-datar saja. Gus Dur
menjawab, "Lha itu, ada dari Angkatan Udara juga nggak bisa terbang
kok!"
Dan orang-orang yang ada di sekitar Gus Dur tertawa terbahak-bahak dengan
cerita itu.
Para Jenderal Orde Baru Takut Istri
Gus Dur selalu punya kisah humor lucu. Menurutnya, para
jenderal di Orde Baru terbagi dalam dua kelompok. Pertama jenderal yang takut
istri, kedua jenderal yang tidak takut istri.
Nah, dalam setiap pertemuan mereka selalu memisahkan diri. Jenderal yang takut
istri berada di sebelah kiri ruangan. Sementara jenderal yang tidak takut istri
berada di kanan.
Suatu ketika dalam suatu pertemuan ada seorang jenderal yang
mestinya tergabung dalam kelompok jenderal takut istri duduk bersama kelompok
jenderal yang tidak takut istri.
Teman-temannya, para jenderal yang takut istri protes. "Eh kenapa kamu
duduknya di situ bareng jenderal yang tidak takut istri? Memangnya sekarang
kamu sudah berani sama istrimu?"
Kata si jenderal, "Wah nggak tahu deh. Saya disuruh istri saya duduk di
sini! Ya saya duduk saja."
Buto Cakil Pembayar Demonstran
Punakawan selalu digambarkan sebagai kesatria. Musuhnya
jelek-jelek semua, misalnya Buto Cakil. Punakawan sering diculik, dibawa
berpindah dari satu tempat ke tempat lain.
Tapi menurut Ki Tedjo, sekarang semuanya serba tak jelas.
Prilaku kesatria pun tak jelas, yang jadi Punakawan pun tak jelas, yang disebut
istana pun tak jelas.
Sebab saat ini masih banyak istana, ada yang di Cendana, ada
yang di sana, pokoknya di mana-mana.
"Supaya rakyat tentram, mbok ya (para elite politik)
itu kalau berantem caranya yang cerdaslah. Rakyat seperti kita ini kan juga
perlu tahu, bukan begitu Gus?"
"Sebelum tahu istananya, harus tahu dulu siapa
demonstrannya," jawab Gus Dur.
"Ya, sebelum tahu demonstrannya, harus tahu dulu siapa
yang membayarnya".
Tanya Ki Tedjo: "Yang membayar para demonstran, siapa
Gus?"
"Buto Cakil..." jelas Gus Dur.
Uang Lebih Penting
Suatu hari, Gus Dur bercerita bahwa ada seorang anggota ABRI
berpangkat kopral berpakaian preman tengah berjalan sendirian di jalan gelap
dan sepi.
Tiba-tiba ia dicegatoleh dua orang pria berpistol,
"saya tidak main-main, " kata salah satu pria sambil mengancam.
"Serahkan uangmu atau otakmu dibuat berhamburan."
"Tembak saja dan buat otak saya berhamburan,"
sambut si kopral tenang.
"Sebagai anggota ABRI, saya tidak memerlukan otak; saya
lebih butuh uang untuk hidup."
0 komentar: