Memahami kondisi Islam masa kini, tak lepas dari sejarah romantisme masa silam, meskipun argumen-argumen abad pertengahan masih dipakai oleh golongan Islam konservatif sampai saat ini. Islam y
Dalam berbagai disiplin
ilmu sejarah Islam, Rasulullah saw, Ahlul Bayt, Khulafa ar-Rasyidin, Dinasti,
dakwah, ekspansi wilayah, perang dan lain sebagainya tak bisa dipisahkan dari
objek sejarah yang ada. Islam pasca Rasulullah saw meninggal sudah mulai muncul
beberapa varian dan intervensi dari luar, seperti munculnya golongan Syiah yang
meyakini bahwa Rasulullah saw berwasiat kepada Ali Kw untuk menggantikan
kepemimpinan pasca Rasulullah saw meninggal, namun ada dari golongan selain
Ahlul Bayt Nabi yang tak percaya dengan adanya wasiat itu.
Islam Syiah adalah
varian dari ortodoksi Islam, begitu juga Sunni, Mu’tazilah, Jabbariyah dan
sebagainya. Dalam tradisi Syiah ada yang namanya peringatan hari raya ‘Ied
al-Ghadir atau Ghadir Khum yaitu sebuah
perayaan yang dilangsungkan oleh muslim Syiah untuk memperingati peringatan
khotbah terakhir Rasulullah saw yang mana dalam isi khotbahnya Rasulullah saw
menegaskan bahwa Ali Kw adalah Khalifah yang sah untuk menggantikan Rasulullah
saw, sedangkan dari kalangan Sunni tidak mengakui adanya Ghadir Khum itu, pada
masa itu muncul konflik antara orang yang pro terhadap Ali Kw dan pro terhadap
Abu Bakar dan yang lainnya hanya dikarenakan prestise merebut posisi kekuasaan,
Ali Kw yang pada waktu itu masih muda, mengalah demi tidak terjadinya konflik
antar saudara.
Abu Bakar di Bai’at
sebagai Khalifah dan terus berlanjut sampai kepada kekhalifahan Ali Kw,
sehingga muncul lagi konflik yang lebih luas antara Ali Kw dan pendukung Usman
ibn Affan dikarenakan terjadi pembunuhan terhadap Utsman, atas semuanya itu
muncullah perang Shiffin antara golongan Ali dan Muawiyah,
Ali tumbas
kepemimpinannya setelah dibunuh oleh Abdul Rahman bin Muljam dan digantikan
oleh Imam Hasan bin Ali, tak lama Imam Hasan menjabat, kondisi sosial politik
yang tak stabil dikarenakan di Iraq dan Syiria banyak pasukan Muawiyah maka
al-Hasan mau tak mau harus memberikan kekuasaannya terhadap Muawiyah
dikarenakan tidak ingin ada konflik internal yang parah lagi.
Penulis menganalisis
konflik seperti Sunni dan Syiah ini
berawal dari momen-momen yang bernuansa politis, seperti kita ketahui adanya,
‘Iedul Ghadir, Hari ‘Asyura, Syahadah Fathimah, dan lain-lain yang berdampak
terhadap pemahaman teologis, sebagaimana dinasti Safawiyah cikal bakal Iran
masa kini adalah sebagai pusat muslim Syiah.
Dalam teori masuknya
Islam ke Indonesia seperti diketahui oleh kita ada teori masuknya Islam dari
Persia maka dari itu tak heran ketika di Indonesia ada muslim Syiah yang
lumayan cukup besar, di Indonesia sendiri banyak berbagai problem dalam
memahami Islam meskipun dalam bingkai kesatuan. Konteks Indonesia yang yang
berfalsafah terhadap Pancasila sampai saat ini kurang mampu meredupkan konflik
semacam agama. Seperti kasus Syiah di Sampang pada tiga tahun yang lalu, konflik
yang berawal dari urusan keluarga dan harta namun ditarik ke dalam masalah
teologis, sehingga issue semacam ini bisa langsung menjadi tranding topic di
berbagai media. Di situlah ummat muslim Syiah kadang merasa termarjinalkan
dikarenakan sebagai komunitas minoritas, namun Syiah selalu bangkit dari
momentum-momentum penting seperti kita ketahui revolusi Iran terinspirasi oleh
spirit Imam Hussein yang terjadi di Karbala.
Islam Syiah sebenarnya
berkontribusi besar terhadap Islam Sunni Indonesia seperti Maulidan, Tahlilan,
Haul dan sebagainya, Sunni di Indonesia terlalu banyak yang mengklaim ada NU,
Muhammadiyah, Persis dan lain-lain, namun ada yang berpandangan bahwa Sunni itu
bukan hanya sebagai madzhab teologi melainkan juga sebagai Manhajul Fikr (Metode
berfikir). Ada hal yang menarik jika Sunni dikatakan sebagai Manhajul Fikr
sebagai Islam yang moderat, toleransi maka konflik antara Sunni dan Syiah tak
akan berlanjut sampai saat ini, dan argument-argumen abad pertengahan pun mulai
terekonsoliasi untuk melihat masa depan ummat Islam di dunia sebagai agama yang
mayoritas dipengang oleh masyarakat dunia Islam harus menjadi ummatan wasathan
(ummat yang moderat)
0 komentar: